Mohon tunggu...
Elin Moevid
Elin Moevid Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Hanya seseorang yg sibuk duniawi dan rindu menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

30 cm

21 Februari 2019   10:12 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Aisha membuka almari, pandangannya menyapu seluruh tumpukan pakaian. "Yang manis tapi ngga ribet, hmmm.., yang ngga gampang bau keringat, hmmm". Tangannya sedang menunjuk-nunjuk baju ketika ponselnya berdering. Nama ummi-nya tertera di layar. Aisha menghela nafas, seolah bisa menebak tujuan telepon pagi itu. 

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam... Sehat, Nak? Sudah makan?"

"Sudah ummi"

"Kamu kok ngga balas SMS ummi..Hmm? Sudah kamu pikirkan, Nak? Kamu belum sreg? Hafa itu kan teman akrab kamu waktu SMA. Apa lagi yang belum kamu kenal dari dia? Ibu sungkan ini ditanya terus sama ibunya,"

Aisha hanya terdiam. Deretan baju itu tak lagi menarik baginya.

Pukul 11 siang, sebagian awan mendung bergelayut manja, menyembuyikan teriknya siang. Diambilnya sepeda onthel dari garasi kos. Berolahraga sedikit mungkin akan membantu mngembalikan mood, pikirnya. Siapa tahu juga mampu membuatnya berpikir jernih. Jalanan tak begitu padat, Aisha mengayuh sepedanya dengan santai. Nasehat ummi yang panjang masih menemani pikirannya. Dilihatnya di pinggir jalan seorang bapak sedang berusaha mendongkrak mobilnya. Aisha tersenyum sendiri. Ia teringat seorang lelaki, yang ia kenal dari sebuah LSM. Aisha pernah terpaksa menemaninya mendongkrak mobil, malam-malam seusai event bersama. Pernah pula mereka tersesat di perkampungan orang saat melakukan survey lokasi. Mereka bahkan pernah ikut heboh melerai orang bertengkar, yang kemudian baru ketahuan bahwa salah seorang di antaranya gila. Ah, ada-ada saja, pikirnya. Aisha mengayuh dengan semangat, mulai teringat dengan siapa ia akan bertemu siang ini .

                               ***

"Kalian ini kan sudah lama berpacaran, ya harapannya tante sih..Nak Husain segera mengajak anak saya ke arah yang lebih serius.." ucap mama Yani, mulai membuat aura berbeda di ruang tamu pagi itu, usai basa basi yang mengudara setengah jam lebih.

"Iya tante.. maaf, saya memang setelah kuliah langsung fokus cari kerja,"

"Sekarang kan juga sudah mapan..nunggu apalagi.. Saya ngga enak hati kalau ada orang yang nanyakan Yani. Yaninya sendiri sudah maunya sama Nak Husain. Bagaimana ya....namanya juga ibu"

Husain tersenyum, mengangguk, mengiyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun