Mohon tunggu...
Elpebriy
Elpebriy Mohon Tunggu... SEO

Creating The Future https://telkomuniversity.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kopi Merah Putih Buatan Alumni Tel-U: Menjaga Alam, Menyatukan Rasa

15 Oktober 2024   14:02 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya ngopi kini telah menjelma menjadi lebih dari sekadar kebiasaan minum kopi. Di antara mahasiswa, kedai kopi seakan menjadi oasis, tempat untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan akademis yang padat. Bukan sekadar tempat untuk menyesap secangkir kopi hitam pekat, kedai kopi menjadi ruang untuk merangkai pikiran, meluangkan waktu, dan bersosialisasi. Di sinilah, di sela-sela kepulan asap kopi dan suasana hening yang dipenuhi bisik-bisik obrolan, Kopi Merah Putih hadir sebagai lebih dari sekadar kedai biasa. Ia hadir dengan cerita, semangat, dan idealisme yang membumbung tinggi bersama aroma khas kopi Nusantara.

Kopi Merah Putih tidak lahir dari ambisi bisnis semata. Ia tumbuh dari tanah-tanah pegunungan, mengakar pada filosofi konservasi dan kecintaan pada alam. Berdiri di bawah naungan Yayasan Astacala, organisasi yang dibangun oleh alumni Telkom University, kedai ini membawa misi mulia yang menyatu dengan alam: mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada wilayah hulu Sungai Citarum yang telah lama menghadapi masalah pencemaran.

Achmad Adam Azzuri, sosok yang ada di balik Kopi Merah Putih, bercerita dengan penuh keyakinan tentang perjalanan kopi ini. Alumni angkatan 2018 dari Fakultas Rekayasa Industri, Program Studi S1 Sistem Informasi Telkom University, ia bukan hanya seorang entrepreneur, tetapi seorang penjaga alam. Ia tahu betul bahwa sungai yang pernah menjadi nadi kehidupan banyak masyarakat kini tengah meradang, tercemar oleh bahan kimia yang mengalir dari hulu. "Masyarakat yang hidup di sepanjang sungai ini sangat bergantung pada airnya, dan ketika air tercemar, kehidupan mereka pun terganggu. Kami sadar, solusi harus berkelanjutan, tidak hanya menyembuhkan lingkungan tapi juga menopang ekonomi masyarakat. Kopi adalah jawabannya," tuturnya sambil tersenyum.

Menanam pohon kopi di pegunungan Malabar, tepatnya di Desa Cinanggela, Kecamatan Pacet, Bandung, pada tahun 2018, Adam bersama kelompok tani setempat memulai sebuah langkah kecil namun berdampak besar. Dengan tangan penuh dedikasi, mereka mengelola seluruh prosesnya dari hulu hingga hilir. Mulai dari bibit yang ditanam dengan cinta, biji kopi yang dikupas dengan hati-hati, dijemur di bawah sinar matahari yang hangat, hingga akhirnya disangrai dan disajikan kepada para penikmat kopi dengan metode seduh terbaik.

Namun, lebih dari itu, Kopi Merah Putih menyiratkan makna lebih dalam dari sekadar minuman. Bagi Adam dan kawan-kawan, kopi adalah penghubung jiwa-jiwa muda yang penuh semangat nasionalisme. Di setiap cangkir, ada semangat untuk terus berkarya, berjuang, dan membawa nama Indonesia ke panggung dunia. "Bagi kami, ngopi adalah sebuah budaya. Bukan hanya soal minum kopi, tapi juga soal duduk bersama, berbagi pikiran, berdiskusi dengan atau tanpa koneksi WiFi. Kopi menyatukan, kopi memupuk jiwa nasionalisme. Itulah kenapa kami menamai kedai ini Kopi Merah Putih---sesuatu yang menggambarkan kebanggaan akan tanah air," jelas Adam dengan mata berbinar.

Kini, Kopi Merah Putih telah melebarkan sayapnya. Dari satu kedai kecil di lingkungan kampus Telkom University, kini ia hadir di dua kampus besar lainnya: Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gunadarma di Depok. Setiap cangkir kopi yang disajikan di tempat-tempat ini tidak hanya berisi kenikmatan, tetapi juga semangat, idealisme, dan mimpi besar untuk Indonesia.

Adam, yang dahulu pernah aktif di Tanjidor (TelUtizen Jadi Ambassador) selama kuliahnya di Tel-U, mengakui bahwa kampusnya memberi banyak pelajaran berharga. "Belajar di Telkom University memberi saya pemahaman bahwa ilmu itu tak hanya didapat di ruang kelas. Pengalaman di luar kelas, terutama di organisasi, sangat membentuk diri saya. Salah satunya, tentu saja usaha kopi ini," katanya penuh rasa syukur.

Dengan hati yang tulus, Adam berharap agar Kopi Merah Putih terus berkembang dengan misi yang tetap setia sejak awal. "Saya berharap Kopi Merah Putih bisa membuka lebih banyak cabang, namun tetap tanpa sistem franchise, supaya visi awal kami tidak berubah. Kami juga bermimpi membawa kopi asli Indonesia ini ke pasar internasional, agar dunia tahu betapa kayanya cita rasa kopi dari tanah air tercinta," pungkasnya dengan semangat.

Di tengah hiruk pikuk kesibukan mahasiswa, di pojok-pojok kampus, Kopi Merah Putih menjadi saksi bisu dari cerita-cerita besar yang dimulai dari secangkir kopi kecil. Dari tanah Malabar hingga meja-meja kayu di kedai kampus, setiap tegukan adalah bukti bahwa secangkir kopi bisa membawa perubahan, tidak hanya untuk mereka yang meminumnya, tetapi juga untuk tanah di mana kopi itu tumbuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun