Mohon tunggu...
Elinah Sorbonne
Elinah Sorbonne Mohon Tunggu... -

Menulis adalah bentuk ekspresiku dalam menyiratkan kehidupan ini... Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

11 November Karena Merapi

15 Desember 2010   10:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sebuah cerita cinta yang tumbuh di antara kedukaan besar yang terjadi. Kedukaan besar datang dari bencana gunung Merapi yang telah meluluh-lantakan rumah-rumah penduduk, membinasakan ribuan ekor ternak dan menelan korban ratusan jiwa manusia. Sedang cerita cinta ini tumbuh dari seorang relawan asal Indramayu yaitu penulis sendiri dengan seorang pengungsi yang penuh tanggung-jawab akan orang-orang disekitarnya. Berawal dari pertemuan kami pada hari kamis, 28 oktober 2010, dua hari selang merapi erupsi pada hari selasa waktu itu. Semuanya terasa singkat dan berjalan begitu saja. Bukannya aku mau bersuka cita diatas penderitaan para korban bencana yang tengah sedih karena kehilangan rumah atau sanak saudara mereka, namun hanya ingin berbagi kisah bahagia dibalik bencana yang terjadi.

Teman relawan yang kujumpai pada tanggal 28 oktober ini sekarang telah menjadi kekasih hatiku. Ya, beberapa hari sebelumya ia sempat menyandang status sebagai relawan, namun pada tanggal 5 November 2010 ia bersama keluarga dan beberapa tetangganya resmi dinyatakan sebagai pengungsi. Dusun yang ia tinggali yaitu di Sempu, Pakembinangun, Pakem-Sleman saat itu masuk kedalam zona bahaya atau dengan kata lain dibawah km 20 dari puncak Merapi. Di pagi yang masih buta di tanggal 5 November, ia mengirimi aku pesan melalui handphone berisikan permintaan tolong untuk dia bisa mendapatkan bantuan berupa masker dimana pada saat itu semua orang harus menggunakan masker, perlu obat-obatan, sabun mandi dan beberapa kebutuhan lain. Langsung aku informasikan ke posko Insist (Posko bantuan) yang tedapat di Jalan Kaliurang (Jakal) km 9. Beberapa menit setelah kukonfirmasi akhirnya kami bertemu di posko tersebut. Pagi itu, di tengah-tengah sisa kepanikan yang terjadi aku merasakan setitik kebahagiaan karena nyatanya aku sudah mulai menuai rasa terhadapnya yang pada waktu itu ia tengah bersamaku, berada disisiku. Indah!

Pada hari itu juga, Jumat, kami para tim relawan kembali meng-assesment para pengungsi yang kini tersebar di berbagai titik lantaran erupsi yang terjadi kamis tengah malam dan menyebabkan zona bahaya Merapi bertambah dari sebelumnya 10 km dan 15 km. Melihat kuantitasnya para pengungsi saat ini menjadi kian banyak, sudah ratusan ribu jiwa. Stadion Mauwoharjo menjadi salah satu altenatif untuk dijadikan sebagai tempat pengungsian. Sedang keluarga kekasihku (Pada saat itu belum jadian tapi sudah dalam fase PDKT/Pendekatan) beserta dengan beberapa keluarga tetangganya mengungsi di dusun Wonosari yang masih satu kecamatan dengan tempat pengungsian di Stadion Maguwoharjo. Setelah mendapat perintah dari koordinator posko, akhrinya aku ditugaskan untuk mendampingi posko pengungsian cowo yang aku taksir ini. Oh, betapa senangnya aku, akan setiap hari aku bisa bertemu dengannya (Pikirku ketika mengemban tanggung jawab dari pak Mino sang koordinator Posko. He he he he he)

Hari demi hari berlalu, kami semakin dekat. Setiap hari ketika pagi aku berkunjug ke tempat ia mengungsi untuk me-list kebutuhan mereka (Pengungsi) yang setelahnya kuserahkan ke posko Insist baru kemudian sore harinya bantuan akan dikirimkan dari Insist ke tempat pengungsian. Hariku semakin indah dan bersemangat saja, bagaimana tidak ya wong tiap hari aku ketemu dia, mengobrol, berbagi senyum dan canda, terasa di surga saja. Sungguh! (Lebaaaay, ha ha ha ha ha). Aku yakin seh dia juga naksir sama aku, aku tahu kok. Bagaimana cara aku tahu? Pertama, dari cara dia memperhatikanku ketika aku lagi ngomong sama dia, tatapan matanya, sikapnya yang begitu baik, benar-benar sangat baik. Kedua, dia sering banget sms aku bahkan sampai aku mau beranjak tidur (Lampu hijau neeeh, tanda-tanda kalau dia juga naksir). Hhhmm, apa lagi ya? Aku pokoknya yakin dia juga merasakan hal yang sama sepertiku.

Tiba lah saat dimana aku sudah mulai kebingungan akan perasaan yang aku pendam selama ini. Rupanya sudah tidak mampu kubendung lagi, tapi kok dia kayak nggak ada keniatan untuk cepat-cepat menyatakan perasaannya kepadaku (Pusing setengah mati). Bagaimana ini? Akan kah aku yang lebih dulu bilang kalau aku suka sama dia? Gengsi! Tapi, apa gunanya gengsi seh kalau akhirnya aku seperti nenek tua yang kehilangan tongkat dan kacamatanya. Tidak mampu berjalan secara utuh juga untuk melihat rasa-rasanya semua menjadi tidak jelas, kabur. Bengong sendiri tak karuan.

Perasaan itu bercampur ketika tanggal sudah menjadi 11 November. Teringat jelas hari itu adalah kamis. Sore hari ketika aku pulang di kontrakan daerah Purwomartani, Kalasan, Sleman, aku memberanikan diri sms untuk bilang kalau aku mulai menyukainya. Sebentar, dia membalas pesanku dan mengatakn kalau kami harus bertemu dan ia ingin membicarakan perihal ini secara langsung. Oh, gemetar hatiku! Stadion Maguwoharjo menjadi saksi ketika aku mengkonfirmasi akan pesan smsku ke dia, ia pun bilang kepadakau kalau ia tidak mungkin jawab tidak akan perasaan suka yang sudah berubah menjadi cinta yang kutanyakan barusan saja. Itu artinya, ya, dia juga mencintaiku. Jadiaaaaan deh. He he he he

Merapi-merapi, terima kasih, tapi jangan mengamuk lagi ya!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun