Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Hidup Lewat Profesi Guru

15 Maret 2018   18:09 Diperbarui: 15 Maret 2018   18:17 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, tugas utama guru adalah mengajar para siswa di sekolah. Guru mengajar para siswa agar mereka berpengetahuan luas dan memiliki keterampilan yang diperlukan dalam hidup mereka. Guru juga disebut sebagai sosok yang digugudan ditiruyaitu pribadi yang dapat dipercaya dan diteladani. Guru dipercaya karena dipandang sebagai orang yang mempunyai banyak pengetahuan. Para murid juga melihat guru sebagai sosok yang pantas diteladani. Oleh karena itu guru yang digugudan ditiru,tidaklah cukup jika sekedar berbagi ilmu. Guru juga harus berbagi hidup kepada muridnya.

Setiap orang termasuk guru tentu mempunyai nilai-nilai yang dipercaya dan dihidupi. Guru yang berbagi hidup akan membagikan nilai-nilai tersebut dalam interaksinya dengan para murid. Jika guru menjunjung nilai kesopanan, maka guru tersebut tidak hanya akan berbicara panjang lebar tetapi juga menunjukkan nilai tersebut melalui tindakan nyatanya. 

Selain itu, guru tentu akan memotivasi para siswa melakukan hal yang serupa. Ketika guru menghidupi nilai kejujuran, tentu melalui perbuatan yang dilakukan, anak-anak dapat melihat bagaimana nilai kejujuran diwujudkan dalam dunia nyata. Sehingga ketika mengajar dan menuntut anak untuk menunjukkan sikap tertentu, hal itu tidak menjadi sebuah omong kosong karena para murid dapat melihat bahwa mereka mampu melihat nilai-nilai tersebut dalam diri guru mereka. Nah, tentu hal ini akan sulit jika guru tidak punya integritas yang tinggi.

Guru yang berbagi hidup juga tidak akan abai terhadap "sisi lain" para murid. Banyak guru yang hanya peduli pada nilai anak. Jika nilai sudah baik, maka anak tersebut tidak perlu perhatian ekstra. Sebaliknya, jika anak yang nilainya belum mencapai batas ketuntatasan, guru akan berupaya menanganinya dengan memberikan latihan tambahan atau mengajar ulang anak tersebut. 

Namun, jika melihat lebih dalam, masalah para siswa tidak hanya di bidang akademis. Banyak siswa yang bermasalah di bidang akademis atau  di hal lainnya bukan karena anak itu malas atau nakal, namun ada penyebab lainnya. Guru yang fokus pada kegiatan mentransfer ilmu dan melihat prestasi akademis siswa saja, akan cuci tangan terhadap masalah seperti ini dan menyerahkannya pada konselor atau guru bimbingan konseling. Tentu hal ini sangat disayangkan karena guru kelas seharusnya mengetahui lebih banyak tentang anak itu daripada konselor dnn seharusnya mampu berbuat lebih banyak.

Sedangkan guru yang berbagi hidup akan berupaya untuk mengatasi masalah itu misalnya dengan mengajak siswa tersebut berdialog hingga mengkomunikasikannya dengan orangtuanya karena tahu betul bahwa tugasnya tidak hanya berhadapan dengan materi pelajaran tetapi juga dengan jiwa-jiwa muda. Upaya ini juga membuat guru lebih mengerti keadaan para siswa sehingga guru tidak mudah memberikan label atau menghakimi siswa yang bermasalah. 

Dengan berbuat demikian, guru menunjukkan kepeduliannya pada pribadi siswa seutuhnya, tidak hanya peduli pada raihan nilainya. Selain itu, hal ini akan membangun interaksi yang positif antara guru dan peserta didik. Siswa akan melihat bahwa gurunya memang mendedikasikan diri untuk menjadi seorang yang pendidik yang siap memperjuangkan anak-anak yang mengalami masalah. 

Profesi guru tidaklah hanya menyampaikan materi pelajaran dan menilai pekerjaan siswa. Tidaklah sesederhana itu. Anak-anak juga harus berkembang secara moral dan tentu mereka butuh panutan. Di sekolah, gurulah yang menjadi sosok yang diteladani bagi para siswa dengan mencerminkan nilai-nilai hidup yang positif dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Guru harus sadar betul bahwa anak-anak pantas mendapatkan yang terbaik dari gurunya. Tidak hanya mendapat banyak pengetahuan tetapi juga perhatian. Bahkan ketika siswa bermasalah, guru siap memberikan tenaga, waktu dan pikiran untuk membantu anak itu karena sadar betul bahwa setiap siswa adalah jiwa yang berharga. 

Semoga para guru di Indonesia adalah guru-guru yang siap berbagi hidup dengan anak-anak yang mereka didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun