Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilema Memperkenalkan Sastra pada Pembaca Muda

22 Januari 2018   17:03 Diperbarui: 24 Januari 2018   08:15 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: uk.businessinsider.com

Membaca merupakan hal penting karena kegiatan ini hampir ada di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu, membaca juga memberikan banyak manfaat sehingga kecintaan akan membaca perlu ditanamkan sedari dini. Namun, hal ini tidak cukup karena selain suka membaca, anak-anak juga harus bisa menilai kualitas bacaan termasuk saat berhadapan dengan karya sastra seperti novel.  

Sebagai seorang pendidik di jenjang pendidikan dasar, saya sungguh ingin memperkenalkan sastra Indonesia pada anak-anak. Saya ingin membacakan novel atau meminta anak membaca novel Bahasa Indonesia. Kelihatannya sederhana namun kenyataannya ada beberapa kendala yang saya temukan saat mencoba memperkenalkan sastra Indonesia pada anak-anak.

1. Keterbatasan Bahan Bacaan

Saya cukup kesulitan untuk menemukan novel anak yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Kebanyakan novel untuk anak dan remaja ditulis dalam Bahasa Inggris. Jika ada, kebanyakan novel merupakan novel model teenlit atau novel karya penulis anak. Menurut saya, novel teenlit kurang cocok untuk studi sastra karena pemilihan kosakatanya yang biasanya lekat dengan bahasa percakapan sehari-hari. 

Sedangkan anak-anak perlu membaca novel yang ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baik agar kosakata mereka bertambah. Demikian halnya dengan buku yang ditulis oleh penulis anak. Kemungkinan besar kosakata penulis dewasa akan lebih variatif dibandingkan dengan penulis anak. Kalaupun ada, biasanya merupakan novel terjemahan. 

2. Cerita Kurang Menarik

Saya pernah memberikan salah satu novel terjemahan dari seri Lima Sekawan karya Enid Blyton yang bagi saya ceritanya seru. Namun, alangkah terkejutnya saya saat anak-anak kelas 5 mengatakan kalau ceritanya tidak seru. Meskipun dari segi bahasa, ada banyak kosakata yang tidak mereka ketahui, namun dari segi cerita, buku tersebut kurang menarik bagi mereka. 

Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena anak-anak sudah terbiasa membaca novel-novel berbahasa Inggris dengan cerita yang lebih rumit mulai dari serial Percy Jacksons, Harry Potter, Hunger Games hingga buku-buku karya John Green. Sedangkan di toko buku yang banyak ditemui adalah buku-buku dengan cerita seperti film televisi. Sungguh ini menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan karya sastra yang tidak hanya cocok untuk usia anak-anak tetapi juga cukup menarik untuk mereka.

3. Kendala Bahasa

Bagi pembaca muda yang kerap menikmati bacaan berbahasa Inggris, tentu membaca novel berbahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah. Beberapa diantara murid saya kerap mengeluh saat membaca karena tidak sepenuhnya mengerti akibat kosakata yang tidak familiar. 

Ada juga yang tidak memahami karena tata bahasa yang agak rumit karena merupakan karya terjemahan penulis luar negeri. Jika sudah demikian, maka saya hanya mampu menasehati anak-anak agar terus bertahan membaca sembari membahas hal-hal penting untuk membantu mereka memahami bacaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun