Adanya kandungan bahan-bahan berbahaya dalam makanan bukanlah suatu hal yang baru. Namun, baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan adanya brownies yang mengandung zat yang berbahaya. Kali ini bukanlah formalin, boraks, atau pewarna tekstil melainkan ganja. Hal ini terungkap setelah adanya laporan tentang seorang anak yang tertidur selama 2 malam setelah mengonsumsi brownies. Ganja yang sifatnya sebagai depresan membuat anak tersebut tertidur dalam kurun waktu yang tidak wajar. Badan Narkotika Nasional (BNN) Â pun segera menyelidiki dan menangkap pelakunya.
Keberhasilan BNN dalam mengungkap dan meringkus pembuat brownies yang mengandung narkotika ini, tidak sepenuhnya melegakan masyarakat. Kasus ini menunjukkan bahwa narkoba masih marak beredar di sekitar kita. Berbagai modus yang digunakan untuk mengedarkannya semakin membuka peluang narkoba dikonsumsi oleh banyak orang tanpa mengenal batas usia. Maka, perlu dilakukan upaya yang keras oleh berbagai pihak untuk memerangi peredaran narkotika.
Keberhasilan BNN dalam menangani penyelundupan dan pengedaran narkotika selama ini, merupakan suatu prestasi yang perlu diapresiasi. Meskipun banyak yang sudah berhasil ditangkap, masih saja ada orang-orang yang berani mengedarkan maupun menyelundupkan narkoba. Salah ini dipicu oleh hukuman yang dijatuhkan oleh penegak hukum. Vonis yang diberikan terhadap mereka dinilai kurang menimbulkan efek jera. Selain itu, pemberian grasi dan peninjauan kembali menjadi kontroversi karena meringankan hukuman yang telah diberikan. Bahkan orang yang sudah divonis hukuman mati bisa berubah hukumannya seperti yang terjadi di Pengadilan Tinggi Bandung. Beberapa hari yang lalu, Pengadilan Tinggi Bandung membatalkan hukuman mati dua bandar narkoba. Bandar narkoba yang berkewarganegaraan Iran ini akhirnya diputuskan mendapatkan hukuman seumur hidup. Jika pelaku dihukum dengan maksimal dan memperketat pemberian grasi, maka diharapkan akan membuat para pelaku jera. Hal ini juga menunjukkan ketegasan dan keseriusan negara ini dalam memerangi narkoba.
Mengingat banyaknya modus yang digunakan, maka perlu diadakan kerja sama antara BNN dengan pihak lain misalnya dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM perlu menggandeng BNN untuk mencari makanan yang mengandung narkoba. Selain itu, BPOM juga perlu berhati-hati dalam memberikan ijin bagi produsen makanan karena ijin dari BPOM akan menjadi jaminan keamanan bagi masyarakat untuk memilih produk makanan yang akan dikonsumsi.
BNN juga perlu meningkatkan kerjasama dengan pihak Bea dan Cukai untuk menangani penyelundupan narkoba. Baru-baru ini narkoba ditemukan dalam kemasan-kemasan makanan yang diimpor seperti yang dilakukan oleh Freddy Budiman. Tentu saja ini merupakan sebuah modus untuk menyamarkan barang terlarang itu dari pemeriksaan petugas Bea dan Cukai. Jika pihak Bea dan Cukai jeli dalam memeriksa barang-barang impor, maka akan besar peluangnya untuk menggagalkan penyebaran narkoba impor di Indonesia.
Selain itu, BNN dapat juga bekerjasama dengan organisasi antinarkoba untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terutama kepada pelajar dan generasi muda. Sosialisasi ini ditujukan sebagai langkah pencegaha agar masyarakat mengetahui efek buruk jangka panjang yang ditimbulkan oleh narkoba. Jika sosialisasi dilakukan secara intensif dan provokatif melalui berbagai macam media, Â maka akan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya narkoba.
Masyarakat juga mempunyai peran dalam memerangi narkoba. Masyarakat harus lebih teliti dalam membeli produk olahan makanan baik yang dibeli langsung maupun melalui toko online. Misalnya memastikan bahwa produsen mendapat ijin dari BPOM, harganya wajar, dan melaporkan kepada pihak berwajib jika tubuh mengalami hal yang tidak wajar setelah mengkonsumsi makanan olahan. Sedangkan dalam keluarga, orang tua harus menjadi mendampingi anak-anak dengan cara membangun komunikasi yang baik dan menanamkan nilai-nilai hidup yang positif termasuk mengajarkan bahaya narkoba dan melarang pemakaiannya. Selain itu orang tua juga mengawasi pergaulan dengan cara mengenali teman sepergaulan anak-anak mereka dan memberikan batasan yang jelas dalam bergaul. Yang terakhir, keluarga harus dijaga keharmonisannya. Banyak generasi muda yang terjerat narkoba karena keluarganya tidak harmonis sehingga mereka tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
Narkoba memang menjadi ancaman bagi Indonesia. Memerangi narkoba bukanlah hanya menjadi tanggung jawab BNN dan aparat penegak hukum. Perlu adanya sinergi dari banyak pihak untuk menunjukkan keseriusan dalam memperlakukan narkoba sebagai barang haram. Selain itu, hal ini juga merupakan upaya untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa dari bahaya narkoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H