Tim Transisi bentukan Menpora berusaha keras untuk berperan menggantikan PSSI termasuk kesungguhan mereka mengadakan kompetisi. Kompetisi yang sedang mereka persiapkan dan diharapkan bisa lebih baik dari turnamen lainnya adalah Piala Kemerdekaan. Turnamen itu diharapkan bisa kick-off pada 24 Juli 2015 dengan 40 klub sudah mau tampil. Piala Kemerdekaan selevel Divisi I.
Tapi upaya Menpora tidak semudah itu.
Hal itu tidak terjadi pada Piala Presiden, turnamen kedua yang digagas Tim Transisi dan Mahaka Sport. Turnamen ini ternyata ditolak oleh klub-klub . Turnamen Piala Presiden ini ditujukan untuk klub-klub selevel Indonesia Super League (ISL)
Kenapa ditolak klub-klub ?
CEO Mahaka Sports and Entertainment Hasani Abdulgani mengatakan sejumlah klub dari divisi teratas sepak bola Indonesia yang biasa disebut ISL, menolak jika menggunakan nama itu. Sebab, Piala Presiden kental dengan embel-embel Tim Transisi.
Ini tak lepas dari sikap klub-klub papan atas Indonesia itu tidak mau tunduk pada pemerintah karena masih sakit hati pada perlakuan pemerintah yang membekukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pembekuan ini menimbulkan dampak besar antara lain berhentinya turnamen-turnamen penting di Indonesia.
Pembekuan PSSI artinya tidak adanya turnamen dan kompetisi penting yang sebelumnya diselenggarakan oleh PSSI, baik ISL maupun divisi utama. Padahal pemain yang baik lahir dari kompetisi yang baik pula. Dengan berhentinya kompetisi maka masa depan sepakbola Indonesia mungkin akan semakin suram.
Kita harus sadar bahwa sejelek-jeleknya PSSI, keberadaan otoritas sepakbola itu harus dihargai karena merupakan organisasi resmi yang membawahi aktivitas sepakbola Indonesia. Sampai kapan pembekuan ini berlangsung ? Sampai kapan pemerintah bersikukuh dan membiarkan sepakbola kita tenggelam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H