Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Harmonisasi Antar Umat Beragama Pada Tahun 2025

3 Januari 2025   12:54 Diperbarui: 3 Januari 2025   12:54 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Tahun Baru di Jakarta / RRI.go.id

Kita masuk ke minggu pertama Januari tahun baru yaitu 2025. Jika kita sempat merefleksikan sejenak apa yang sudah terjadi pada 2024, maka hal penting yang harus kita catat adalah pesta demokrasi berupa pemilihan presiden dan pemilihan legislative pada 14 Februari. Lalu ada juga Pemilukada yang diselenggarakan akhir November lalu.

Kita juga patut bersyukur bahwa pesta demokrasi itu berlangsung relative baik, meski disana sini ada protes. Namun secara keseluruhan pesta demokrasi kali ini berjalan dengan baik dan lancar. Hampir seluruh rakyat menerima presiden terpilih yaitu Prabowo Subianto yang sebelumnya mengikuti  empat kali kontestasi presiden.

Yang lebih membahagiakan adalah cara transisi kepemimpinan dari presiden lama ke presiden baru sangatlah baik, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Pemerintahan juga seperti itu, karena beberapa Menteri kabinet lama juga menjadi Menteri pada kabinet baru. Ini adalah pemerintahan berkelanjutan yang menomorsatukan harmoni dan menghindari sekat-sekat atau menonjolkan perbedaan.

Fenomena pemerintahan baru ini merupakan lompatan yang sangat besar dan layak untuk dihargai. Yang mungkin tidak pernah ada di negara lain. Tapi Indoensia berani melakukannya bahkan dimulai dari lima tahun pemerintahan lama, yaitu masuknya Prabowo pada pemerintahan Joko Widodo sebagai Menteri pertahanan. Hal ini sempat menjadi pertanyaan di berbagai negara.

Hal ini sangat berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Pada kontestasi Pilpres 2019 misalnya. Pada saat itu terjadi ketegangan antarumat beragama kerap dipicu oleh penyalahgunaan isu-isu agama untuk kepentingan politik. Sepanjang dua tahun itu juga terjadi peningkatan 15% insiden intoleransi dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan perlunya upaya lebih serius dalam meredam potensi konflik berbasis agama.

Kita berharap harmonisasi itu tidak hanya terjadi pada tingkatan elit saja. Namun juga juga pada warga negara umumnya. Harmonisasi antarumat beragama yang kaffah (menyeluruh) memerlukan pendekatan yang sistematis, melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, tokoh agama, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum.

Kita berharap pada tahun 2025 ini kita bisa mewujudkan harmonisasi ini dan warga bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun