Mungkin Wali Songo yang terdiri dari Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati dan tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak pernah menyangka bahwa agama Islam yang mereka sebarkan akan menjadi agama terbanyak yang dianut oleh warga Nusantara (Indoensia)
WaliSongo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Syiar mereka juga yang menginspirasi dan menjadi pondasi kuat bagi Kerajaan dan kesultanan Islam di Jawa yang terbentuk setelahnya. Kerajaan Demak yang berdiri sejak tahun 1478 misalnya . Kerajaan ini terletak di Bintoram, dekat dengan muara sungai demak. Kesultanan Cirebon. Kesultanan penting di Jawa Barat ini mengalami perkembangan sangat pesat pada saat diperintah oleh Sunan Gunung Jati.
Lalu ada Kerajaan Banten yang didirikan setelah masa Wali Songo dan bertahan sampai tiga abad , tepatnya sampai tahun 1813; sebuah prestasi negara tradisional yang pernah dialami pada masa itu. Lalu ada Kerajaan Sumedang Larang di Jawa Barat yang berdiri 1585 dan berakhir pada tahun 1620. Lalu ada kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Kesultanan ini adalah hasil dari perjanjian Gianti yang merupakan perjanjian antara Mataram islam dengan VOC pada tahun 1755. Kerajaan ini ada sampai sekarang dan merupakan bagian dari Indonesia dengan status daerah Istimewa. Lalu yang paling fenomenal adalah Kerajaan Mataram Islam yang merupakan Kerajaan yang pernah menguasai seluruh tanah Jawa.
Akulturasi budaya dilakukan oleh Wali Songo saat mereka mensyiarkan Islam dan itu terbukti efektif dalam Islam diterima oleh masyarakat luas. . Yang paling keliahatan adalah di jawa Tengah.Kita bisa melihat Masjid Kudus yang memadukan arsitektur Hindu, Budha dan Islam. Lalu ada budaya memperingati kematian yang dulu dilakukan sesuai dengan kepercayaan animism dan dinamisme, oleh Wali Sanga kemudian diubah substansinya dengan pembacaan ayat-ayat suci dan zikir atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tahlilan yang menjadi tradisi sampai sekarang.
Ditambah lagi, masyarakat kita sudah terbiasa berbaur antar pemeluk agama dan agama dengan budaya, dan sejak dulu jarang menimbulkan konflik. Jika konflik kerap ada tak mungkin Islam bisa besar di Indoensia seperti sekarang.
Sampai titik ini kita seharusnya bisa paham, bahwa konflik itu tidak pada agama dan budaya atau agama dengan agama lainnya. Konflik akan terjadi jika kita membenturkan atau memaksakan agama dengan politik, atau agama dengan kepentingan ekonomi. Sehingga kita harus melihatnya dengan dewasa dalam melihat hubungan agama dengan agama dan agama dengan budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H