Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah Ibadah Bukan Tempat Provokasi

24 Februari 2023   17:43 Diperbarui: 24 Februari 2023   17:45 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pergeseran di lingkup politik dan sosial sejak Pilpres 2014 dan Pilkada Jakarta tahun 2016. Pergeseran itu terjadi pada fungsi tambahan rumah ibadah. Pada dua momentum itu rumah ibadah tidak saja merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah tapi juga aktivitas politik.

Aktivitas politik itu berupa kampanye politik. Dilakukan saat ceramah shalat Jumat, juga di beberapa acara agama lainnya. Pada saat Pilkada Jakarta, kegiatan itu dilakukan nyaris setiap minggu selama tiga sampai empat bulan, sampai pemilihan pemimpin daerah.

Aktivitas politik yang masuk dalam agenda kegiatan agama itu merupakan preseden buruk tidak saja bagi citra rumah ibadah sendiri tapi pergeseran fungsi rumah ibadah ini memang sangat membahayakan tidak saja bagi agama itu sendiri maupun rasa kebangsaan kita.

Para generasi muda yang menyaksikan hal itu misalnya, akan menerima itu sebagai kenormalan. Artinya dimatanya, rumah ibadah sah-sah saja untuk dijadikan kegiatan politik. Tak hanya kegiatan politik, tapi juga provokasi yang akhirnya membuat rakyat terpecah belah.

Sampai-sampai umat harus mendengar isi ceramah yang seharusnya berisi teladan Nabi. Agama seharusnya berisi hal-hal yang mendamaikan dan bukan memecah belah. Sehingga pergeseran ini memang sangat membahayakan.

Sehingga kita juga harus mengkhawatirkan jika ada seorang pemuda yang dengan percaya diri bahwa layak dan direstui Nabi Muhammad jika masjid dijadikan sebagai ruang jihad politik sebagaimana yang dilakukan Nabi setelah hijrah dari Makkah ke Madinah.

Masjid memang bukan sekedar ibadah, tetapi juga kepentingan umat, termasuk politik keumatan. Namun, masjid bukan digunakan untuk kepentingan partai politik mengatasnamakan umat, apalagi sampai membuat polarisasi umat dan bangsa kita ini.

Ke depan, kita harus memperbaiki kesalahfahaman ini. Agama bukan untuk diterjemahkan seperti memakai kacamata kuda. Agama harus dipahami dan disikapi sesuai dengan konteks dan dilakukan secara bijaksana. Bukan juga ditaati secara fanatic, namun harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebangsaan kita yang plural.

Jadi, hargai agama dan bangsa kita. Membuat rumah ibadah sebagai tempat untuk memprovokasi sama saja dengan mencoreng citra agama itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun