Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Mudah Terprovokasi Aliran Tertentu

2 Februari 2023   22:05 Diperbarui: 2 Februari 2023   22:10 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Aliran Wahabi dalam Islam sesungguhnya adalah lanjutan dari aliran Salafi. Aliran Wahabi mencirikan diri sebagai unitarian yaitu penekanan pada tauhid atau keesaan Allah. Aliran yang dimunculkan oleh Muhammad bin Abdullah Wahab -- salah satu ulama berpengaruh di abad 12 berkarakter puritan konservatif.

Karena pandangan yang konservatif aliran ini mengacu pada saat Nabi Muhammad masih hidup. Aturan dan karakternya keras dan dengan aturan yang nyaris sama- menentang hal-hal yang berbau musrik. Aliran ini awalnya adalah aliran utama di Saudi Arabia dan dijalankan dengan keras dan kaku.

Karena dianggap aliran yang sempurna karena beberapa alasan di atas, pera pengikut aliran ini kemudian menyebarkannya ke banyak negara dengan umat muslim yang besar, salah satunya Asia yaitu Pakistan, Afganistan, Malaysia, Indonesia dll.

Berjalannya waktu dan kemajuan teknologi penyebaran ini memang sangat massif. Tak hanya pada negara-negara dengan umat Muslim besar tapi juga ke beberapa negara Barat, dimana umat Islam merupakan minoritas. Islam Wahabi yang berhaluan keras kerap dijumpai di Jerman atau Inggris.

Di Indonesia, aliran Wahabi ini memang sudah masuk. Saat Orde baru mereka berkegiatan secara tertutup. Namun pasca reformasi, dimana kebebasan sikap dan berpendapat dimungkinkan dibanding masa Orde baru, mereka muncul di banyak tempat dan kegiatan. Kita bisa melihat di sekolah dan kampus kampus atau di komunitas eksklusif.

Karakter Wahabi yang keras dan sering menganggap kegiatan kultur tradisional sebagai musrik, menjadi hal yang mengganggu umat muslim itu sendiri. Mereka kerap memprovokasi  dan menyerang pemahaman lain. Wahabi tak sekadar intoleran bagi umat lain,  tapi juga intoleran bagi sesama umat muslim yang berbeda aliran. Jika itu dibiarkan sama saja dengan membiarkan potensi konflik di masyarakat dan pada akhirnya mengganggu keutuhan bangsa.

Bagi kaum-kaum moderat terlebih nahdliyin, seseorang mengharamkan perayaan Maulid Nabi atau mengharamkan tahlil bahkan riba di bank itu adalah kerikil dalam sepatu bagi kaum nahdliyin yang memang masih kental dengan beberapa ritual yang sarat kearifan lokal. Tapi ritual itu adalah budaya yang sejatinya tidak mengganggu esensi Islam bagi nahdliyin.

Sebenarnya, kasus penolakan Wahabi di Pamekasan Madura bukan hal pertama kali terjadi di sana. Beberapa tahun lalu juga terjadi penolakan umat soal tudingan musrik bagi perayaan maulid nabi. Kita tak bisa membiarkan itu terulang lagi di masa-masa mendatang. Seperti yang saya tulis di atas itu sama saja dengan membiarkan potensi konflik. Kita tak ingin keutuhan bangsa ini terganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun