Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Biarkan Toleransi Memudar

26 Desember 2017   05:39 Diperbarui: 26 Desember 2017   07:57 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia ditakdirkan sebagai negara yang kaya dengan perbedaan dan oleh banyak pihak dianggap sebagai anugerah. Beberapa pihak menganggap bangsa kita harus bersyukur karena keanekaragaman itu. Karena beberapa negara dan bangsa di dunia hanya memiliki satu macam etnis saja, sehingga bersifat homogen.

Yang menarik adalah, meski berbeda dan beragam namun Indonesia dianggap sukses menjaga harmoni atas perbedaan itu. Presiden Indonesia Joko Widodo menganggap bahwa keberagaman adalah rahmat bagi semua pihak di Indonesia. 

Dunia juga memuji kesuksesan Indonesia dalam transisis demokrasi setelah sekian lama dalam kepemimpinan satu orang selama 3 tahun. Selain Indonesia, Turki juga dianggap berhasil menjaga harmoni dalam perbedaan itu.

Tapi beberapa tahun terakhir ini harmoni itu memang mengalami gangguan karena dinamika politik. Ini seperti bopeng-bopeng di wajah yang dilihat dari kejauhan mulus tapi jika dilihat dari dekat, ada beberapa bagian menunjukkan bekas luka.

Gangguan harmoni atas perbedaan ini berbentuk intoleransi. Intoleransi ini kini tidak hanya dimiliki oleh kelompok ekstrim yang jumlahnya kecil, tapi juga menyebar ke beberapa pihak lainnya. Hal ini diperkuat dengan survey yang mengindikasikan bahwa masyarakat Indoensia semakin tidak toleran terhadap perbedaan keyakinan.

Fenomena intoleransi yang kian kuat dan dilakukan oleh beberapa pihak baik secara terbuka maupun diam-diam. Semakin maraknya aksi kekerasan dan penindasan terhadap kaum minonitas menyebabkan wajah indah Indonesia sebagai negara toleran semakin pudar.

Sebenarnya hal ini bisa diperbaiki jika bisa dilakukan dialog. Dialog ini tidak saja berarti dialog secara an-sich, tapi didalamnya berarti saling mengupayakan saling mengerti dan memahami. Perbedaan bukan berarti harus bisa menjadi satu tetapi membiarkan tetap berbeda namun kita mampu membangun saling pengertian.

Untuk semua pihak, momen akhir tahun dan perayaan Natal ini bisa jadi titik tolak bagi kita untuk merenung kembali perjalanan bangsa dengan semua rahmat yang bernama perbedaan. Kita harus sadar bahwa perbedaan adalah takdir bagi bangsa Indonesia; sesuatu yang membuat iri bangsa lain. Bagaimanapun juga toleransi harus tetap terjaga, dan keutuhan sebagai bangsa Indonesia juga harus kokoh.

Tak ada manfaat jika kita tetap melihat perbedaan itu sebagai ganjalan. Karena itu bisa menyebabkan kita kerdir dihadapan bangsa lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun