Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ibarat Cinta, Memberantas Radikalisme Juga Butuh Aksi Nyata Lho

14 Februari 2016   11:33 Diperbarui: 14 Februari 2016   12:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang gadis muda, tidak begitu percaya, ketika seseorang menyatakan cinta. Dia pun meminta agar dibuktikan. Sang pria pun sering memberikan perhatian. Lama-lama berubah menjadi kasih sayang, sampai akhirnya mereka menikah menjadi pasangan suami istri. Beberapa tahun setelah menikah, pasangan ini dianugerahi anak. Sang bayi mungil ini pun, terus mendapatkan perhatian, kasih sayang, hingga akhirnya tumbuh menjadi anak yang berbakti. Semuanya niat baik itu, ketika masih pacaran ataupun ketika membesarkan anak, butuh aksi nyata. Butuh tindakan yang riil.

Aksi nyata ini merupakan bentuk keseriusan dari keinginan, yang diwujudkan dalam tindakan. Jika masih dalam angan, tentu keinginan itu akan sulit terwujud. Jika hanya sebatas ide dan gagasan, tapi tidak diimplementasikan tentu  akau sulit terwujud. Mungkin kita masih ingat, ketika masih anak-anak. Kita selalu ingin jadi dokter, polisi, atau tentara, jika ditanya cita-cita ketika besar. Setelah dewasa, ada yang bisa mewujudkan keinginan masa kecil, atau hanya yang sebatas angan hingga dewasa. Sekali lagi, semuanya itu butuh keseriusan dan tindakan nyata.

Setelah bom Thamrin meledak, istilah radikalisme kembali menyeruak. Terlebih, setelah BNPT menemukan indikasi, ada 19 pondok pesantren yang mengajarkan paham radikal kepada para santrinya, membuat isu radikalisme tidak bisa dianggap remeh. Masuknya paham radikal dalam dunia pendidikan seperti pesantren, tentu harus dicegah. Peredaran buku bacaan radikal di tingkat PAUD, yang juga sempat ditemukan, juga harus dicegah. Lagi-lagi, perlu dengan tindakan nyata.

Bagaimana hal tersebut dapat kita lakukan? Kita dapat melakukan dengan semudah yang kita mau. Misalnya menjaga keluarga kita, dari pengaruh radikal. Membelikan buku bacaan yang bermanfaat, untuk anak-anak kita. Intinya, lakukan dengan penuh ketulusan. Aksi nyata selanjutnya yang bisa dilakukan adalah, bersosialisasi. Dengan bersosialisasi, kita bisa saling mengenal, kita bisa saling berbagi, atau saling belajar. Dengan saling mengenal, kita bisa membendung paham radikal di lingkungan kita. Ketika ada orang yang mencurigakan, langsung bisa dilaporkan ke pihak berwajib.

Jika kita sudah melakukan kedua aksi tersebut, langkah selanjutnya biar kita serahkan kepada aparat keamanan, untuk melakukan tindakan. Bayangkan, jika dari level terbawah hingga teratas bersatu, mencegah tindakan radikal dan memberantas aksi terorisme, negeri kita akan menjadi negeri yang damai. Negeri yang menghormati kerukunan, tanpa ada rasa kebencian antar sesama. Mari kita ambil filosofi sapu lidi. Jika kita sendiri-sendiri melakukan pencegahan, tentu akan mudah dipatahkan. Tapi jika kita bersatu seperti sapu lidi itu, akan sulit dipatahkan dan bisa untuk membersihkan segala kotoran.

Selain tindakan nyata, juga perlu konsistensi. Seorang ibu tidak kan mampu membesarkan anaknya, jika dia konsisten memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Seorang laki-laki akan mendapatkan istri, jika ia terus konsisten dalam memberikan perhatian dan kasih sayang ketika semasa pacaran. Begitu juga ketika kita ingin berbuat baik, diperlukan sebuah keseriusan dan konsistensi. Dengan berbuat baik, maka kita akan menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang baik, tidak akan berbuat jahat. Manusia yang baik akan saling menolong, menciptakan kedamaian, demi kepentingan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun