Mohon tunggu...
Elida Sari
Elida Sari Mohon Tunggu... Penulis - Elida Sari

Ig : elidasari4

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Normalisasi Penggunaan Bahasa Kasar dan Tabu

15 Desember 2022   08:20 Diperbarui: 15 Desember 2022   08:28 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kamis, 15/12/2022

Bahasa bermakna kasar dan tabu kini dianggap biasa digunakan dalam interaksi dengan sesama dan lingkungan sosial, terutama pada sosial media.

Bahasa merupakan bagian krusial dalam komunikasi manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa interaksi seseorang dengan orang lain atau lingkungannya akan terhambat. Keterhambatan dalam interaksi tentunya menjadi masalah fatal. Oleh karena itu, bahasa memegang peran penting interaksi komunikasi di masnyarakat.

Lalu, apakah penggunaan bahasa bermakna kasar dan tabu memudahkan interaksi?

Saat ini marak penggunaan bahasa kasar dan tabu dalam interaksi masnyarakat terutama pada interaksi di sosial media. Penggunaan bahasa kasar dan tabu tidak hanya digunakan dalam komunikasi personal saja, tetapi juga telah digunakan dalam interaksi publik. Penggunaan bahasa kasar dan tabu kini lebih bebas, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai interaksi publik. Seperti pada siaran langsung game, siaran langsung jualan, video pendek, dan berbagai jenis interaksi lainnya.

Sebenarnya mengapa bahasa kasar dan tabu kini marak digunakan? Apakah dengan menggunakan bahasa kasar dan tabu terkesan keren, trendi, atau gaul?

Jika dulu saat beriteraksi diruang publik dan berjualan atau menawarkan sesuatu pada masnyarakat luas kita diajarkan untuk menggunakan bahasa yang santun dan sopan. Kini lain cerita, baik streamer (orang yang melakukan streaming) atau publik tampaknya lebih nyaman menggunakan bahasa kasar dalam kegiatan interaksi. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya jumlah penonton pada live steaming yang dilakukan oleh streamer yang menggunakan bahasa kasar. Seolah menggunakan bahasa kasar dan tabu terkesan trendi, keren dan gaul.

Bahasa kasar yang digunakan tidak lagi sebatas anjing, babi, bangsat saja. Bahasa yang digunakan sudah memuat kata tabu seperti kata bermakna 'alat kelamin dan seks'. Kata kasar dan tabu yang sering dituturkan seperti kata "Kon***, Pepe*, Me**, Pan*ek, Jem**t, Tol**, nge*e, ngen**t, titit, lo*te, dan masih banyak lagi.  

Dari banyaknya interaksi yang menggunakan bahasa kasar dan tabu pada ruang publik. Memperlihatkan bahwa menggunkan bahasa yang terkesan kasar dan tabu menjadi sesuatu yang normal, yang bisa digunakan dalam interaksi tanpa perlu lagi memperhatikan konteks keakraban.

Menggunakan bahasa kasar dan tabu tampaknya kini lebih diminati masyarakat terutama di sosial media. Tingginya minat publik terhadap penggunaan bahasa kasar dan tabu juga mempengaruhi interaksi, yang mungkin dapat dianggap memudahkan dalam komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun