Presiden Prabowo Subianto telah secara resmi dilantik menggantikan kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Kabinet Merah Putih telah dibentuk, dibekali, digembleng mulai dari Bukit Hambalang hingga Lembah Tidar, Magelang. Sejauhmana Presiden Prabowo Subianto dapat secara efektif menjalankan peran kepemimpinannya tentu masih terlalu dini dibicarakan. Tetapi, sebagai sebuah harapan tidak ada masalah kalau membahas kepemimpinan Prabowo, lebih khusus lagi mengenai ukuran apa yang dapat dipakai untuk menakar efektivitas kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto?
Hasil Akhir Itulah Kepemimpinan
Kepemimpinan memang selalu menjadi topik bahasan yang menarik dan menantang. Sebagaimana dikatakan ahli kepemimpinan, James MacGregor Burns bahwa kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling banyak diamati orang dan paling sedikit dipahami di dunia ini. Pernyataan Burns tersebut menemukan kebenarannya kalau dihubungkan dengan laporan hasil studi yang dilakukan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus. Dalam buku mereka, Leaders: Strategies for Taking Charge, Warren Bennis dan Burt Nanus menemukan lebih dari 850 rumusan tentang kepemimpinan.
Begitu banyak literatur kepemimpinan yang saat ini dipublikasikan, tetapi nampaknya tidak ada pemahaman yang jelas yang dapat diterima banyak orang tentang apa yang dilakukan seorang pemimpin? Tidak heran kalau para pemimpin masa kini tidak begitu yakin bagaimana penilaian terhadap diri mereka. Ada terlalu banyak standar yang harus dipenuhi. Setiap rumusan yang diberikan berusaha untuk memberikan sumbangan pengertian mendalam yang baru tentang kepemimpinan.
Walaupun demikian tidak berarti tidak ada semacam anggapan umum yang dapat diterima sebagai inti kepemimpinan. Kepemimpinan bukanlah semata-mata mengupayakan agar tugas dilakukan, melainkan menyangkut bagaimana tugas itu dilakukan. Untuk semua pemimpin, ini berarti memengaruhi, memiliki visi, bertekun, menyemangati, berinovasi, mengajar.
Dalam perjalanan waktu, sejumlah asumsi tertentu telah mendominasi stereotip budaya kita tentang pemimpin dan kepemimpinan. Salah satu yang menonjol adalah pemahaman bahwa kepemimpinan membuahkan hasil yang langsung, dan tingkah laku kepemimpinan yang paling efektif membuahkan hasil yang serta-merta. Dengan kata lain, kepemimpinan pada akhirnya diukur bukannya menurut keterampilan sang pemimpin, tetapi dari hasil-hasil yang dicapai. Ahli manajemen, Peter Drucker mengungkapkan "kepopuleran bukanlah kepemimpinan. Tetapi, hasil-hasil yang dicapai, itulah kepemimpinan.
Jadi, efektivitas kepemimpinan Presiden Prabowo pada akhirnya ditentukan oleh hasil akhir yang dicapai pemerintahan yang dipimpinnya. Tidak soal apakah kabinetnya gemuk atau kurus, tapi bagaimana Prabowo menggerakan para pembantunya untuk fokus pada hasil akhir.
Melayani Sepenuh Hati
Pada aras inilah, Presiden Prabowo perlu terus-menerus mengingatkan atau memotivasi para pembantu presiden untuk bekerja, bergerak, melayani sepenuh hati berorientasi pada hasil akhir yang membahagiakan masyarakat, yang membuat masyarakat tersenyum. Dalam khotbah terakhirnya sebelum ia dibunuh, Marthin Luther King, Jr. berkata,"Semua orang bisa jadi hebat karena siapapun dapat melayani. Anda tidak harus memiliki gelar sarjana untuk dapat melayani. Anda tidak harus membuat kalimat dengan subjek dan kata kerja yang sesuai untuk melayani. Anda tidak harus tahu tentang Plato dan Aristoteles untuk melayani. Anda juga tidak harus tahu tentang Teori Relativitas Einstein untuk melayani. Anda tidak harus tahu tentang Hukum Kedua Termodinamika dan Fisika untuk melayani. Anda hanya perlu hati yang penuh keihklasan. Jiwa yang dihasilkan oleh cinta."
Elias Sumardi Dabur, Advokat, Penulis Buku Kepemimpinan "Be a Leader!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H