Menjalani profesi yang sama lebih dari satu dasawarsa bukanlah perjalanan yang mudah. Di dalamnya pasti ada ilmu, seni, dan  passion yang kuat sebagai elemen kunci yang membuat seseorang bertahan dan terus melakoni dengan setia perannya di tengah aneka tantangan yang tidak ringan. Juita Djong, alumni Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Arsitektur  ISTN (Institut Sains dan Teknologi) Jakarta ini telah menekuni profesi sebagai arsitek selama 20 tahun.Â
Dalam kurun waktu itu pula, Â Ita demikian sapaanya terus bergelut dengan pekerjaannya mulai dari arsitek junior sampai menjadi arsitek senior, mulai dari Tenaga Ahli jasa arsitektur di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta (BUMS), hingga menjalankan biro arsitekturnya sendiri di bawah bendera PT. Griya Apsari Persada (GAP). Pengalaman dan ilmunya tentu sangat lengkap.Â
Di sela kesibukannya yang sangat padat, saya sempat mengorek dan mengelaborasi secara singkat rahasia Juita bertahan dalam profesi ini. Â
Anda benar-benar mencintai pekerjaan ini ya. sudah menjadi passion begitu?
Juita : Betul. Dunia arsitek sungguh menjadi passion saya. Saya tidak suka avonturir. Saya total, komit dengan profesi ini dari tamat kuliah sampai saat ini. Kurang lebih, 20 tahun, saya menekuni ini.
Apakah Anda tidak jenuh?
Juita : Kembali pada passion tadi. Jenuh sih tidak ya. Capek iya hehe...namanya manusia ada batasnya juga.
Frustrasi begitu?
Juita : Â Aspek yang membuat saya frustrasi barangkali soal miskonsepsi, kesalahpahaman tentang keseluruhan pekerjaan saya sebagai arsitek disainer.
Maksudnya bagaimana ? Bisa dijelaskan lebih lanjut tugas seorang arsitek?
Juita: Arsitek  itu ringkasnya seorang perancang bangunan (building designer ).  Namun, peran arsitek tidak hanya sebatas bangunan saja, tetapi meliputi tugas penataan (penciptaan dan pewujudan) dari ruang dalam skala yang lebih luas. Ruang tersebut berwujud lingkungan binaan (build environment) yang diperuntukkan bagi kehidupan manusia maupun masyarakat luas (umum).