Gong Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 telah ditabuh. Kedua pasangan calon (paslon), yakni Joko Widodo-Kyai Haji Ma'ruf Amin (Jokowin) dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (PAS) telah mendaftar. KPU selaku penyelenggara pemilu menyatakan kedua paslon memenuhi syarat pencalonan. Paslon manakah yang bakal keluar sebagai pemenang?
Pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan ini tentunya masih terlalu awal untuk dibahas. Apalagi, lembaga-lembaga survey belum ada yang mengumumkan hasil survey terbaru pasca pendaftaran paslon. Namun demikian, kalau mengulik hasil survey sejumlah lembaga survey selama ini, tingkat keterpilihan Jokowi sendiri berada di kisaran angka 50-an persen. Angka ini meskipun belum aman secara elektoral, tapi tetap memberikan optimisme.
Sembari menanti hasil survey, platform lain bisa dipakai untuk mengukur potensi kemenangan kandidat yakni dengan menyimak frekuensi dan tone pemberitaan media baik cetak, daring maupun media sosial. Bagaimanapun, media dan pemilu menyimpulkan beberapa kajian memiliki pengaruh terhadap hasil akhir pemilihan umum.
Justine Findlay dalam artikel "How the Media Influence the Outcome of an Election (www.worldatlas.com) yang menganalisi Pilpres Amerika Serikat pada 2016 menyatakan bahwa media memiliki pengaruh sangat besar atas kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS tahun 2016.
Dikatakannya, Pilpres AS 2016 merupaka era baru peliputan media, dan boleh dikatakan berpengaruh terhadap potensi kemenangan kandidat.
Jokowin Masih UnggulÂ
Bagaimana pemberitaan media kita terhadap kedua paslon pasca pendaftaran? Paslon mana yang mendapatkan peliputan paling besar? Paslon mana yang tone pemberitaan positif lebih tinggi?
Berdasarkan data hasil laporan media monitoring yang dilakukan oleh BK52 pada periode 9-15 Agustus 2018 menunjukan bahwa paslon Jokowin mendapatkan porsi pemberitaan lebih besar, yakni sebanyak 277 item berita. Sedangkan, paslon Prabowo-Sandiaga (PAS) mendapatkan berita sebanyak 157 item.
Dalam hal tone positif pemberitaan, Jokowin mengumpulkan 77 item dibandingkan PAS yang mengumpulkan 57 item berita bernada positif. Sebaliknya, berita dengan tone negatif, PAS lebih besar dari Jokowin. Dari 12 judul bernuansa negatif, PAS mendapatkan 7, sedangkan Jokowin 5 item.
Judul dengan tone negatif untuk pasangan PAS, kontribusi paling banyak seputar isu mahar Rp 1 triliun kepada PKS dan PAN yang diduga dilakukan oleh cawapres Sandiaga Uno, kemudian soal rekomendasi Itjimak Ulama GNPF-U yang tidak diindahkan Prabowo.
Sementara itu, Jokowin mendapat sentiment negatif terkait pembatalan Mahfud MD sebagai cawapres di menit-menit terakhir sebelum deklarasi di Pelataran Menteng (9/8/2018).