Bagaikan kain yang akrab dengan noda, aku tergores oleh tinta yang tersusun dengan rapi Â
Kali itu, aku dibiarkan hanyut dalam pikirannya yang tak menentu
Hilang arah, meski sudah terlatih  Â
Iya, hanya menemani. Aku tidak tahu cara mengendalikan tuanku
Aku hanya mampu menemaninya ketika ia terluka
Saat mentari berusaha menampakkan diri dalam persembunyian
Terdengar sang tuan bersuara riuh memanggil deretan nama
Namun, tidak ada jawaban. Sungguh hening dan mencekam Â
Hanya kicauan dan kokokan yang saling bersahutan merebut posisi pendengaranku
Mentari mengeluarkan orange yang berkilauan dan berlalu