Mohon tunggu...
Elia Anggraeni
Elia Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang sedang Belajar

"Semangat Menjalani Hidup untuk Masa Depan Indonesia yang lebih Baik"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanamkan Peradaban Anak Melalui Kecerdasan Otak di Masa Pandemi

18 Juli 2021   23:10 Diperbarui: 19 Juli 2021   00:23 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut dr. Aisah Dahlan, Cht, CM. NNLP Ketua AIRI (Assosiasi Rehabilitasi Sosial Narkoba Indonesia) menyebutkan bahwa Otak merupakan bagian tubuh yang menangkap semua rangsangan yang dibawa oleh panca indera, adab akan terbentuk ketika kita mendengar dan melihat, adab akan tertanam apabila anak sering mendengar dan sering meliat apapun yang dicontohkan oleh orang Tua. Maka apabila seorang Ibu ketika hamil terus melafadzkan suatu hal yang baik terhadap janin, janin tersebut akan merespon dan lafadz yang dibacakan akan direspon oleh semua sel saraf yang ada di dalam tubuh Ibu dan anak. Hal ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh salah satu ilmuwan terkemuka di dunia. 

Bukan hanya ibu yang harus melakukan itu, seorang Ayahpun perlu memperhatikan anak yang ada dalam kandungan beserta ibunya coba berikan perhatian lebih dan lafadzkan ucapan yang baik terhadap anak dalam kandungan supaya ibu dan anak bahagia. Kemudian ketika bayi lahir lakukan proses peradaban lahir anak sesuai dengan tradisi islam. Diantaranya aqiqaah sebagai wujud rasa syukur orang tua terhadap Allah telah dikaruniakan seorang anak. Selain itu, melalui aqiqah jika dikorelasikan dengan ilmu sains dianggap sebagai penebus hawa nafsu, emosi hewa yang sudah tertanam dalam otak anak, sehingga anak terus berkembang dengan baik , hal itu pula menjadi alasana mengapa qurban menggunakan binatang berkaki 4 yakni kambing untuk perempuan satu dan untuk laki-laki dua karena otak anak laki-laki diciptakan oleh Tuhan lebih besar dari otak perempuan serta mejadi hikmah bagi keluarga agar menjadi bahan tafakur, sadar bahwa banyak orang diluar sana yang kurang beruntung.

Lalu, harus diketahui anak ada yang memiliki indera pendengaran yang kuat, atapun indera penglihatan nya yang kuat, sebagai orang tua harus tau cara memperlakukan anak dengan menganalisis anak cenderung lebih kuat mana indera yang ada ditubuhnya. Akan tetapi, biasanya anak lebih menangkap segala sesuatu yang dicontohkan orang tua dibanding dengan nasihat-nasihat yang hanya sekedar di dengarkan. Maka dari itu ketika kita meminta anak untuk melakukan solat, orang tua terlebih dahulu yang harus mencontohkan nya. Sementara itu, jika indera tubuh anak cenderung menggunakan pendengarannya ketika menasihati anak angan sampai menggunakan nada tinggi walaupun tidak bermaksud untuk marah, hal ini bisa menyebabkan anak merekam dan menanggapi nasihat tersebit sebagai omelan sehingga anak enggan untuk manaati perintah orang tua dan semakin nekat untuk terus melawan.

Ada beberapa Peran penting Orang Tua dalam menanamkan peradaban terhadap anak dimasa Pandemi, diantaranya:

1) Menjadi Panutan Untuk Anak 

Sudah sepatutnya, sebagai orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik untuk anak-anakanya. dalam mendidik anak sosok ayah dan Ibu yang dapat membangkitkan semangat anak dalam belajar khususnya dimasa pandemi. Sesekali dampingi anak pada saat belajar supaya anak lebih memahami pembelajaran yang disampaikan oleh Guru secara utuh.

2) Berikanlah Nasihat kepada Anak Sesuai dengan Usia

Pembelajaran Sekolah pada Pandemi memang membuat orang tua kehilangan kesabaran, ditambah anak yang tidak mau mengikuti pembelajaran karena merasa kesulitan ataupun malas, sebagai orang tua yang bijak cobalah untuk membujuk, menasihi anak agar mau belajar akan tetapi tidak dipaksa dan berikanlah kata-kata nasihat yang baik sesuai dengan usia anak supaya tidak ada salah paham antara orang tua dan anak , lalu jangan sekali-kali memaksakan kehendak kita terhadap anak.

3) Memberikan Perhatian Lebih terhadap Anak

setalah anak melakukan suatu hal yang berharga seperi belajar mandiri, membuat suatu karya jangan lupa untuk diapresiasi supaya anak merasa lebih semangat untuk melakukan hal kebaikan lagi serta anak merasa senang juga tersanjung. Pola pengasuhan ini merupakan pola  pengasuhan neuro parenting yakni pendidikan anak melalui otak dan sistem saraf yang membangun kesadaran anak.

Penulis : Elia Anggraeni

Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun