Mohon tunggu...
Jio M
Jio M Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup adalah kesempatan

Belajar dari pengalaman dan kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konsep Pendidikan yang Ditawarkan Ki Hajar Dewantara adalah Fleksibel dan Dinamis

21 Mei 2022   21:28 Diperbarui: 21 Mei 2022   21:53 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengingat lahir dinamika pendidikan di Indonesia, tidak terlepas dari nama besar Ki Hajar Dewantara. Pria kelahiran 2 Mei 1889, terlahir dari keluarga bangsawan Kadipaten Pakulaman di Yogyakarta. Sumber

Meski demikian, status sosialnya tidak membuat Ki Hajar Dewantara tidak mengabaikan kondisi sosial yang terjadi di sekitar, terkhususnya dalam dunia pendidikan saat, karena adanya beberapa aturan dari kolonialisme untuk membatasi jalan dinamika perubahan pendidikan secara global di Indonesia.

Sebelumnya, Ki Hajar Dewantara justru tumbuh menjadi sosok yang sangat kritis, bijaksana dalam gagasan-gagasan politik serta menantang ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan, terutama yang berkaitan dengan pemerintahan kolonialisme saat itu berupaya keras untuk menguasai wilayah Indonesia yang kaya akan rempah-rempah alam.

Bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest Douwes Dekker, ia mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912 yang bertujuan untuk membangun rasa cinta terhadap bangsa Indonesia. Kicauan-kicauan yang keras membuatnya berakhir dalam pengasingan di Belanda sejak tahun 1913 hingga 1919, tentu beliau belajar banyak mengenai aturan yang ada di Belanda.

Setelah kembali ke tanah air dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara pun masih keluar-masuk penjara karena aksi dan tulisan-tulisannya yang dianggap terlalu subversif, provokatif oleh hingga merendahkan aparat kolonial. Sepak terjangnya beliau cukup paham dengan dunia pendidikan dengan skill dan kemampuan berkolaborasi kolonial Belanda.

Hingga akhirnya ia memutuskan berjuang melalui jalan lain, agar mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui dunia pendidikan. Gagasan ini kemudian melahirkan sebuah lembaga yang di sebut "National Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Taman Siswa" di Yogyakarta pada 3 Juli 1922, merupakan gagasan yang bagus terutama dalam menyamaratakan konsep pendidikan di Indonesia, setiap warga masyarakat berhak mendapatkan pendidikan secara penuh.

Konsep pendidikan yang ditawarkan Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa mengedepankan nilai-nilai yang memperjuangkan semangat nasionalisme dan setia pada Pancasila sebagai dasar negara, sebelum lahirnya Pancasila, tetapi nilai-nilai kemanusiaan dan kerakyatan dalam menghadapi kolonialisme yang dikenal otoriter sehingga mendorong para petinggi untuk melakukan transformasi pendidikan. Hal ini menandakan bahwa Indonesia mampu keluar dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan pendidikan mampu menghubungkan dengan berbagai ragam kultur sehingga berkolaborasi secara penuh.

Kemudian Presiden Sukarno menunjuk Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran pada 2 September 1945. Beliau meninggal pada 2 April 1959 di usia 70 tahun. Namun, semangat dan perjuangannya untuk mencerdaskan anak bangsa membuahkan hasil dan diangkat sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Masyarakat Indonesia patut berbangga dengan hadirnya seorang Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa ``bermain merupakan kodrat anak``. Berapapun usia anak, baik tingkat dasar, menengah atau tingkat atas sekalipun, tetap perlu bermain. Gagasan tersebut merupakan tantangan bagi anak-anak di jaman now, dengan berbagai pengembangan pendidikan baik skill, maupun pengembangan teknologi desain saat ini.

Guru bisa menyisipkan permainan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tentu saja permainan yang dipilih disesuaikan dengan keinginan atau tingkat kedewasaan anak. Bukan berarti memberikan anak kebebasan untuk memilih bermain, melainkan juga merangsang motorik halus dan kasar pada anak itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun