Mohon tunggu...
Chifrul El Hamasah
Chifrul El Hamasah Mohon Tunggu... -

Someone who loves to learn how to live life meaningfully

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tafsir-tafsir Kamar Mandi

12 Desember 2011   02:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Barangkali tempat yang paling tersembunyi dari suatu bangunan adalah kamar mandi. Tempat yang tanpanya sebuah bangunan sangat disarankan untuk tidak dihuni dalam waktu cukup lama. Bisa menimbulkan bahaya. Konflik bisa saja tumpah ruah. Menggegarkan penghuni dan sekitarnya. Dan karena keberadaannya, perjalanan hidup manusia menjadi lebih indah dan berperingkat  penuh martabat. Mempertimbangkan kamar mandi, berbagai tafsir muncul, tersebar dan sangat subjektif. Tidak ada kaidah resmi untuk menafsirkan ruang paling privasi ini. Sehingga, tak ayal setiap manusia dengan bebasnya menentukan ijtihad terbaiknya. Tak mahasiswa, tak pula anak TK, keduanya mematok standar citra kamar mandi begitu khasnya. Tak profesor, tak jua privat tentor, semua mempunyai hitung-hitungan tersendiri tentang kamar mandi yang bersih dan yang kotor. Semuanya berhak berfatwa lantang. Mantan guru SMA saya, suatu kali berujar. Hal pertama yang dirujuk ketika hendak tinggal beberapa hari lamanya di suatu rumah, tak lain dan tak bukan adalah kamar mandinya. Tentang lumut-lumutan yang dengan eloknya melukis tembok kamar. Tentang aroma khas yang menguap-uap. Tentang keberlangsungan suplai air. Tentang kelancaran jalur pembuangannya. Kamar mandi menjadi password sebelum menentukan  singgah atau tidaknya. Ada seorang ustadz yang sangat mencintai silaturrahim ke rumah murid-muridnya. Melihat bagaimana kondisi keluarga binaan-binaannya. Bagian dari bentuk ukhuwah yang menguatkan ikatan jiwa. Dalam kunjungannya, beliau kadang meminta izin untuk ke belakang, ke kamar mandi. Melewati hasta demi hasta bagian rumah sang pemilik karena biasanya kamar mandi berlokasi di bagian belakang rumah. Pojok pula. Sang ustadz biasanya mengamati peralatan dan perlengkapan kamar mandi muridnya. Dari situ, sang ustadz bisa menarik pedati berisi kesimpulan tingkat kesejahteraan seseorang. Produk-produk di kamar mandi merupakan personal care yang jenisnya merefleksikan tingkat kepedulian seseorang terhadap kesyukuran diri. Merek produk sabun, shampo, pasta gigi dan lain-lain menjadi indikasi kondisi finansial sang binaan. Dari itu, sang ustadz bisa mendapatkan gambaran secara cepat tentang keadaan keluarga sang binaan. Sang ustadz pun bisa menjadi lebih arif dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan binaannya. Di dalam sebuah kamar mandi, tipe Water Closet (WC) ternyata cukup menjadi pertimbangan serius dalam menunaikan “hajat”. Tidak asal, supaya tidak diganggu orang usil. Masih banyak orang yang sangat tendensius. Berkecenderungan menyukai WC Jongkok daripada ke WC Duduk. Saya pribadi lebih menyukai tipe yang pertama. Bukan karena saya manusia kolot penuh bolot. Bukan pula efek dari Suster Ngesot. Namun, kemudahan proses penyucian diri dan minimalisasi najis, cukuplah menjadi pijakan tafsir yang bisa saya pertaruhkan dengan otot. Lain lagi cerita yang ini. Beberapa teman yang cukup “katrok dan muka suseh” ^_^ lebih suka menyebut menunaikan hajat dengan frase “meninggalkan jejak” . Sementara rekan kerja di kantor pernah uring-uringan karena menyaksikan “jejak” orang lain yang tak terhanyutkan dengan sukses di kamar mandi. Kamar mandi merupakan tempat pertaruhan. Pertaruhan akhlaq yang sebenarnya. Kamar mandi adalah ruang paling privasi yang pernah ada. Semakin terjaga privasinya, semakin valid korelasi sikap di dalam kamar mandi dengan sikap di luarnya. Kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan keburukan, hal yang ditampakkan dan hal yang disembunyikan, semuanya ada di kamar mandi. Jika seseorang itu menjaga kebaikan di dalam kamar mandi, dapat dipastikan dia adalah orang baik di luar sana. Hanya saja kita tidak diperbolehkan mengetahui sikap seseorang di dalam kamar mandinya. Karena hal itu amat sangat tidak penting! Heuheu… Ada satu hal yang tak terbantahkan tentang kamar mandi. Ia adalah area satu-satunya yang tak tertebas pedang tajam emansipasi. Tak tererosi oleh gerusan arus globalisasi. Kamar mandi pria tak akan dipakai oleh kaum wanita pejuang kesetaraan gender di dunia. Dan begitu pula sebaliknya. Kamar mandi wanita menjadi tempat haram bagi pria untuk memasukinya. Hanya ruang ini yang tak mampu dijebol pemandu sorak emansipasi. Salutlah kita pada kamar mandi! Kita perlu belajar banyak dari ruang belakang ini. Tempat terakhir makanan dan minuman lezat yang kita konsumsi. Setiap orang akan dengan ikhlashnya melepas ampas dari bejana kompleks di perutnya. Menghilangkan jejak dengan segera. Menutup ruang bincang tentang “pemberiannya” kepada alam. Menyudahi pembicaraan tentang kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan. Dan bukankah begitu seharusnya kita beramal? Seperti itulah tafsir bebas tentang kamar mandi. Bagaimana dengan tafsir Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun