Ningsih tertegun di pinggir tempat tidur. Tangannya tersingkap diantara kedua kakinya. Tatapan matanya kosong. Pandangannya tak bergerak dari satu titik di ujung pintu kamar yang terbuat dari triplek itu. Goyangan gordyn yang tertiup kipas angin tak mampu menggoda lamunannya.
"Ningsiiih...." Sapa mesra Rudy, pelanggan barunya
"Ningsih, kamu kok belon siap-siap....?" Rudy kembali menyapa dengan pertanyaan ringan
Tak ada jawaban. Ningsih masih terdiam dalam lamunannya.
"Ningsih...ningsih..." Rudy memanggil sambil menggoyangkan tubuh Ningsih
Ningsih tersentak. Lamunannya buyar. Bola matanya bergerak ke kiri dan kenanan. Mulutnya bergerak tak bersuara
"Kamu kenapa...enggak jadi neh....?" Tanya Rudy heran
"..eh...ee...eee" Ningsih tergagap. Kepalanya tertunduk malu
"Kamu kenapa.....sakit..?" Tanya Rudy kembali
Ningsih kembali terdiam. Dia menarik nafas panjang. Tangan kanannya diayunkan kebelakang, mengusap permukaan rambut panjangnya yang sedikit ikal. Kemudian dia menggelangkan kepalanya. Seolah ada satu beban yang menghimpit pundaknya.
"...Mas aku gak bisa...." Katanya perlahan nyaris tak terdengar