Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepucuk Surat dari Palestina

10 Juni 2010   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SEPUCUK SURAT DARI PALESTINA

By elha – 10.06.2010

Hilang rasanya penat & kejenuhan ketika Kompasiana ada dihadapan mata….sebenarnya Kompasiana adalah menu sarapan No. 1, namun karena tugas & kewajiban harus segera ditunaikan, tak kuasa badan ini menolak. Apalagi bila tugas tsb harus ke luar kota & luar P. Jawa…wah... wah…ape daye kite...(pinjem logat Upin-Ipin ach)

Sontak, terkejut ketika ku buka pelataran email yahoo ku...Subhanallah. Ada kiriman email dari Palestina....wow, dari Yazid, sahabtku diGaza....ada apakah...?

Penasaran, ku download attachment email tsb…..sepucuk surat....ya..sepucuk surat yang berisi goresan berita terkini dari Gaza, Negeri Palestine sana...

Surat yang ditulis dalam bahasa Inggeris, yg bila diterjemahkan secara bebas....

Assalamu’alaikum Akhi Lukman Hakim....Pa’ kabar Sadrku elha di Negeri subur gemah ripah loch jinawi. Ku berharap sdrku selalu dalam keadaan Iman, sehat dan taat kepada Rabb, Al-Kholiq.

Sdrku, kami disini mengetahui dari TV Cable, jika relawan Indonesia tergabung gerakan kemanusiaan untuk Palestina. Kami menyaksikan kapal Mavi Marmara dan Freedom Flotilla, yang mengangkut bantuan kemanusiaan dari puluhan negera, termasuk Indonesia, untuk masyarakat Gaza yang terisolasi oleh kepongahan Zionis Yahudi, ’terdampar’ di Israel ’Military area’, 31 Mei 2010 lalu.

Kami juga mendapat berita bahwa ratusan relawan yang ada di kapal-kapal tsb dijebloskan kedalam penjara dengan tangan terborgol dan dikondisikan terpisah, sehingga setiap relawan tidak mengetahui keberadaan relawan lainnya...

Sdrku, kami juga terhenyak ketika Rachel Corri, Kapal besar berbendera Irlandia tak terpengaruh oleh aksi brutal Tentara Israel terhadap relawan, mereka kembali menerjang badai Laut Gaza, demi membantu kami. Demi memberi ‘gizi’, agar kami tetap terus berjuang untuk status kemerdekaan tanah air kami, yang sudah +/- 60 tahun, tepatnya ketika Israel telah memproklamasikan berdirinya negara Israel di bumi Palestina pada tanggal 14 Mei 1948 pukul 18.01 waktu setempat. Atau bahkan lebih dari itu, karena Yahudi juga sudah mulai masuk ke negeri kami dengan bantuan Inggeris melalui Deklarasi Balfour yang dikeluarkan pada tanggal 2 November 1917. Inggris menyatakan dukungan penuh atas berdirinya "sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina".

Jangan sedih sdrku. Blokade Gaza kali ini bukanlah yang pertama. Kami sudah terbiasa hidup dalam keadaan seperti ini. Tak perlu menangis Sdrku, karena kami memang tak perlu ditangisi. Kami masih memiliki semangat hidup, semangat berjuang dan semangat memerdekakan negara kami, sama seperti para Pejuang Indonesia gagah berani mengusir Penjajah Belanda, dan negara Eropa lainnya.

Trenyuh hati kami melihat tayangan di TV, begitu pedulinya rakyat Indonesia terhadap nasib kami. Gerakan politik, gerakan parlemen dan gerakan moral, bahkan gerakan bantuan secara nyata. Subhanallah, terima kasih banyak sdrku. Tiada tergambar rasa haru kami atas dukungan kalian dari jauh di seberang seberang Indonesia....Ya, kami lebih familier dengan sebutan Lautan Indonesia ketimbang Samudera Hindia.

Saudara kami, masyarakat Indonesia,

Hampir setiap hari, kami di Gaza menyaksikan penyiksaan tentara Israel terhadap penduduk, tak peduli wanita, anak-anak bahkan bayi sekalipun. Banyak bayi-bayi kami yang mati. Mungkin perlu jugan kalian ketahui, bahwa sejak serangan Israel tanggal 27 desember 2009, Penduduk Gaza yang syahid mempertahankan tanah airnya mencapai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami. Namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Kami tidak menangisi kepergian mereka yang syahid, karena memang air mata sangat sulit untuk dikeluarkan. Namun kami tak kuasa menahan deraian air mata ketika kami menatap layar televisi kami, yang terlihat jadul dan berdebu. Anak-anak bayi yang lahir tanpa ayah, yang lahir ditinggalkan orang tuanya, bahkan yang meninggal ketika baru dilahirkan. Yang sangat mengharukan, banyak diantara bayi-bayi itu yang meninggal di dalam kardus, di dekat pertokoan, di pinggir rel kereta api.....dan itu terjadi di negeri kalian saudaraku, negeri Indonesia, yang merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia. Ada apa Saudaraku...

Dibalik puing reruntuhan bangunan rumah yang dibuldozer Israel, di tenda pengungsian yang panas atau di dalam bilik kamar, ibu-ibu kami menyusui bayi-bayi dan mengasuh anak-anak kami dengan penuh kasih sayang. Bayi dan anak-anak kami tumbuh kembang tanpa kekurangan gizi. Meskipun pendidikan kasih sayang kami lakukan diantara desing peluru, tidak jauh dari deru mesin penghancur rumah dan kampung milik Zionis Israel. Namun rasa cinta itu tetap berkembang, benih-benih kasih tetap lekat dalam sanubari kami.

Namun, lagi-lagi kami harus mengurut dada Sdrku. Negeri kalian yang subur makmur, dengan kekayaan alam yang melimpah, mengapa masih ada bayi dan anak dengan gizi buruk. Mengapa masih banyak orang yang tidur di sembarang tempat. Mengapa Saudaraku....? padahal kami yang diblokade dunia, yang belum diakui kemerdekaannya, yang sulit mendapat bantuan makanan, tetapi tidak ada yang menderita gizi buruk....apalagi sampai mati kelaparan....

Saudaraku, yang cukup merisaukan, mengapa rasa cinta sudah mulai luntur dari masyarakat Indonesia yang terkenal keramah-tamahannya. Kami melihat dengan jelas bagaimana aksi-aksi anarkis di televisi, aksi pembakaran, pemukulan, perkelahian dan bahkan penganiayaan terhadap anak dibawah umur, terhadap bayi Saudaraku.......sesak dada ini menyaksikannya...ingin kami tak percaya bahwa semua itu ada di Indonesia, negara yang menjadikan kami sebagai Saudara...

Saudaraku, tidakkah kalian melihat betapa Perdana Menteri kami, Dr. Ismail Haniyya berkemaja sederhana, bertutur kata santun dan dekat dengan masyarakat. Bagaimana dengan kalian Saudaraku...apakah demikian juga?

Oh ya, kami melihat banyak bangunan menjulang, sebagian terbuat dari kaca mewah di kota-kota besar di Indonesia. Alhamdulillah, kami yakin tempat-tempat ibadah juga pasti lebih mewah ketimbang bangunan-bangunan itu, bukan? kami pun yakin,  wanita -wanita di Indonesia lebih sopan, berpakaian rapih, tidak mengumbar aurat dan lekuk tubuh....karena  kebebasan belajar di sana lebih terjamin.

Kami yakin, kalian disana, dapat mengkhattamkan Al-Qur’an dengan cepat dan menjalankan Ibadah Sholat dengan tenang dan khusyu. Demikian juga Saudara kami yang non muslim, mereka pasti juga dapat berkomunikasi dengan Tuhannya dengan damai. Karena Indonesia adalah negeri merdeka, negeri damai dan tenteram. Bukan demikian saudaraku...?...disini, anak-anak kami banyak yang hafidz (hafal) Qur’an. Mereka belajar diatas puing atau di tenda darurat.

Kriiing,....

Maaf Saudaraku, telepon kantor berbunyi...kami memang sedang bertugas melayani masyarakat. Meskipun hari libur, kami tetap bersemangat bekerja dengan landasan ibadah dan pelayanan. Oh ya, kami harus mengatakan sesuatu, sudah hampir satu tahun kami belum mendapatkan gaji, karena memang rekening kami kosong atau di blokir...kami kurang paham....tapi Alhamdulillah, Allah memberikan rizki lainnya, hingga anak-anak kami tetap bisa menikmati makan siang dan malam...

......................................................................

.....................................................................

Aku tak kuasa untuk melanjutkan membaca surat itu. Air mataku mengalir perlahan, melewati lintasan pipiku yg masih kencang dan bermuara di dagu bagian bawah.

Aku tak mampu menjawab pertanyaan retoris dari Yazid di dalam suratnya...

..............

”Bang...Bang elha....bangun bang....!!” seru teman kantorku

”..Ooooohhhhh...aku sedang bermimpi....bermimpi memiliki teman dari Palestina...” batinku

”...ohhh aku bermimpi mendapatkan email....ahhhh...Jam Istirahat sudah hampir selesai...”

Salam ukhuwah

--elha/KLINIK CINTA—

www.jangankedip.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun