Penampilannya biasa saja. Pengetahuan agamanya juga tidak berkelas Kyai, bahkan untuk di panggil ustadz sekalipun rasanya belum layak. Namun dengan tegas dia mengatakan “Saya Rosul”
Fenomena ajaran sesat dalam satu dekade terakhir memang kembali mencuat. Beberapa waktu yang lalu di wilayah Jawa Timur, tepatnya di Malang,seorang pengasuh Pondok I'tikaf Ngaji Lelaku, Yusman Roy, mengajarkan sholat dengan menggunakan dua bahasa Arab dan Indonesia. Ijtihad kebablasan yang dilakukan Mei 2005 lalu membuat ummat Islam resah dan cemas. Beberapa ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU dan Hizbut Tahrir ’memprotes’ ajarannya. Setelah melalui berbagai tahapan, akhirnya Ummat Islam bersujud syukur ketika Majlis Hakim Pengadilan Negeri Kepanjen Jl. Raya Panji Malang, menjatuhkan vonis hukuman dua tahun penjara, potonga masa tahanan kepada Yusman Roy. ebelumnya jaksa menuntut Gus Roy tiga tahun penjara dengan mendakwa telah melakukan penyalahgunaan atau penodaan agama sebagaimana diatur dalam Pasal 156 a KUHP (sumber : http://www.hidayatullah.com/)
Ajaran Sesat lainnya juga muncul di Jakarta. Sebutannya Satria Piningit Weteng Buwono muncul di Jakarta, tepatnya di kebagusan Jakarta Selatan. Pendirinya, Agus Imam Solihin alias Agus Noro Soekarno (32 tahun), mengaku Tuhan dan titisan (jelmaan kembali nyawa) Soekarno (presiden Indonesia pertama). Ajarannya, praktek seks bebas, bareng-bareng di ruangan, ditonton oleh pengikut-pengikutnya, dan dia minta bagian. Ritual telanjang pun diajarkan, bahkan mau mengajarkan Kama Sutra (cara-cara bersetubuh produk zaman lalu) sebagai ritualnya’.
Ajaran yang sangat bertentangan dengan agama manapun. Kesesatan lainnya adalah tidak ada kewajiban shalat, zakat, puasa, dan bersetubuh di depan pemimpinnya.. “Kalau begitu sudah sesat. Karena tidak menjalankan kewajiban salat, puasa dan zakat dan berhubungan seksual di depan pemimpinnya,” ujar Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indoneisa (MUI) KH. Ma’ruf Amin. (sumber : )
Keresahan masyarakat dengan hadirnya pemahaman tsb akhirnya terobati ketika aparat terkait membubarkan kelompok ini.
Masih banyak lagi ajaran-ajaran sesat yang sengaja dikembangkan oknum-oknum tertentu untuk mengelabui pemikiran ummat Islam, khususnya mereka yang masih mencari jati diri. Anak-anak muda atau para remaja yang pemahaman agama masih dangkal adalah target mereka.
Kini dihadapanku berdiri seorang pemuda yang mengaku Rosul. Antara percaya dan tidak, di jaman millennium seperti ini masih ada orang yang mengaku Rosul. Bukankah setelah Rasulullah Muhammad SAW, tidak ada lagi Nabi dan Rosul. Karena beliau adalah Rosulullah Penutup para Nabi/Rosul hingga akhir jaman. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 40)
Tapi aku bukanlah Kyai yang mampu menjelaskan bahwa mengaku Rosul adalah sesat. Aku juga bukan seorang ustadz yang memiliki pemahaman agama memadai, sehingga dapat mengatakan bahwa tidak ada lagi Rosul sesudah Muhammad SAW.
Pemuda itu tersenyum, senyum yang renyah untuk menjukkan sifat keramahannya. “Hello Bos” katanya
Ah, masak ada seeh Rosul mengucapkan Hello Bos…ajaran apakah yang dikembangkannya? Bathinku semakin bergemuruh.
Aku memang bukan Kyai. Aku juga bukan ustadz. Namun sebagai ummat Islam, meskipun dengan pemahaman agama masih cetek, aku meyakini bahwa Tidak Ada Tuhan melainkan Allah serta tidak ada Nabidan Rosul setelah Muhammad SAW. Hatiku dengan lantang berkata, dia bukan Rosul. Dia bukan utusan Allah untuk satu ummat/golongan tertentu atau ummat manusia seluruhnya.
Pemuda itu masih tersenyum. Dia masih bersikap ramah. Bukan hanya kepadaku namun juga kepada hampir setiap orang yang lewat dihadapannya.
“Hello Bang Rosul…..lagi dinas neeh..?” canda seorang wanita muda, pegawai salah satu Bank BUMN
“Iyya Mba….tumben baru dating Mbak..?” tanyanya dengan ramah
“…macet bang….” Jawab wanit itu sambil berlalu
….Abang? Masak Rosul panggilannya Abang? Setahuku Shahabat memanggil Rasulullah dengan sebutan ‘Yaa Habibullah’, ‘Yaa Rasulullah…’. Atau sebagian Nahdhiyin menggunakan sebutan Baginda Rasulullah SAW. …ini kok Abang…..
Tanpa sengaja aku melirik beberapa lembar uang ribuan yang hampir jatuh dari saku bajunya…yang hampirke saku bajunya….heheheh..uang ribuan. Diatasnya, terdapat deretan hurup tebal dengan ejaanR O S U L…
“Oh,…ternyata namanya Rosul….kirain ngaku-ngaku Rosul…hehehehe” aku geleng-geleng kepala, menyesali kebodohanku…
“…Selamat Pagi Bu..silakan masuk…” sapanya kepada setiap nasabah yang tiba di depan kantor Cabang Bank BUMN tsb.
“Pribadi yang ramah…” pikirku
“…memang seharusnya kita tidak boleh hanya melihat luarnya saja…dalam hatinya jauh lebih utama…”
Salam ukhuwah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H