By elha – 25.06.2010
Italia….siapa tak kenal negara sepak bola yang berada dibelahan Selatan benua biru. Negerispaghetti ini menjadi kampiun Piala Dunia terbanyak kedua setelah Brazil, yaitu pada tahun 1934, 1938, 1982 dan 2006. Selain itu, mereka juga pemegang Piala Eropa pada tahun 1968.
[caption id="attachment_176918" align="alignright" width="300" caption="tegang_hingga-buka-baju (elha_doc)"][/caption]
Tim Gli Azzurri atau "si biru langit" itu hamper selalu masuk putaran final World Cup. Mereka hanya absen pada tahun 1930, saat Piala Dunia pertama di gelar di Uruguay dan tahun 1958 di Swedia, ketika Brazil pertama kali merebut Trofi Jules Rimet pertama, dengan bintang mudanya, Pele.
So, publik sepak bola mana yang tak berdecak kagum dengan raihan prestasi seperti itu. Meskipun kemenangan terakhir mereka di final World Cup tahun 2006 sedikit ternoda dengan ’ulah’ Matterazzi yang melukai hati Zidane.
Tak mengherankan bila banyak pengamat yang menjadikannya sebagai salah satu kandidat Juara pada perhelatan akbar 4 (empat) tahunan di South Africa kali ini. Pun demikian, ketika posisinya di ujung tanduk, karena hanya menuai nilai dua dari hasil dua kali seri melawan Paraguay dan New Zealand.
Ya, Italia ada Italia. Negara yang banyak menghasilkan pemain berbakat kelas dunia mulai dari Guiseppe Meazza (yang namanya diabadikan menjadi Stadion Inter Milan)., Valentino Mazzola, Omar Sivori, Dino Zoff, FrancescoGraziani, Paolo Rossi, Paolo Maldini, Roberto Baggio, Roberto Mancini, Alessandro Del Piero, Gianluigi Buffon, Filippo Inzaghi hingga Francesco Totti. Dan masih seabrek pemain bintang lainnya.
Tapi semalam, 24.06.2010, kita tak melihat Italia layaknya tim besar. Tim besutan Marcello Lippi bermain penuh tekanan, terutama 25 menit pertama. Seolah mereka begitu ’menghayati’ makna julukan Cattenacio. Lebih banyak bermain di wilayah pertahanan sendiri, hingga Robert Vittek merobek jala Marchetti.
---oooOooo---
Penampilan Italia semalam membuat banyak orang tersentak, kaget dan dag dig dug der. Demikian juga dengan Pak Sumiran (bukan nama sebenarnya). Dia begitu asik dan was-was menyaksikan pertandingan Italia melawan Slovakia, negera pecahan Yugoslavia.
Jantungnya berdegup kencang tatkala menyaksikan bola meluncur masuk ke gawang Italia, hasil sontekan Robert Vittek di dimenit 25. Dia tak menghiraukan kegundahan Pok Izah (juga bukan nama sebenarnya), isterinya, yang mondar-mandir merapihkan rumah.
”Bang....air PAM mati, piring belon dicuciin. Minta tolong ambilin air Bang di Bude Rozak…!” pinta isterinya
“…..Aaahhh, Elo gak tahu gue lagi tegang neeh. Lagian gue kan bukan pembantu...” jawab Sumiran sekenanya
[caption id="attachment_176923" align="alignnone" width="300" caption="air PAM mati..(elha.doc)"][/caption]
Mata Sumiran kembali tertuju ke pesawat televise. Bola matanya mengikuti terus arah bola yang lebih banyak dikuasai Hamsik dkk.
”...tembaakkk...aduuuh...” Sumiran berteriak keras, sambil kaki kirinya digerakkan, layaknya striker handal...
”Bang.....Plafond kita bocor...airnya masuk teras rumah Bang. Tolong dibetulin dong Bang...!” seru isterinya dari dapur.
”Emang Gue tukang kayu....Udeh deh, Zah...” jawab Sumiran datar.
[caption id="attachment_176926" align="alignnone" width="300" caption="plafond bocor..(elha.doc)"][/caption]
Kembali ke pertandingan Italia vs Slovakia. Hingga turun minum, skor tidak berubah, masih tetap 1-0 untuk keunggulan Slovakia.
“..Bang....!” panggil isterinya lagie
“Ape lagi seeh Zah....” jawab Sumiran sewot.
“Abang liat-liat ade dong. Selimutin, dingin kan … Bang...”
“Emang Lo kira Gue Babby Sitter ?...udah ah, gue nonton di rumah Pakde Rozak aja, lebih rame...” tukas Sumiran sambil ngeloyor pergi
---oooOooo---
Drama Italia vs Slovakia memang menguras banyak energi. Hampir semua pemain di lapangan terus berlari mengejar si kulit Bundar, terutama pemain dari daratan Eropa Timur tsb.
Italia membuang peluang emas ketika Pepe mengumpan bola ke arah Iaquinta pada menit 49. Sundulan penyerang Juve itu belum juga menemukan target meski dalam posisi bebas tak terkawal
”,,,hayyyaaaa....” semua penonton berteriak sambil mengepalkan tangan mereka.
Duh gemes banget, masak gitu aja gak goal seeh, gerutu mereka.
Menit ke 73 jantung penonton terasa meniggalkan lokasinya, ketika Robert Vittek, kembali melesakkan si Jabulani ke gawang Federico Marchetti, hasil umpan matang sang kapten, Hamsik. Pemain bernomor punggung 11 itu membawa Slovakia unggul 2-0
Harapan itu masih ada. Masih tersisa 17 menit lagi. Bukankah bola itu bundar...???
Ya,Di Natale menjawabnya. Dengan sentuhan halus, dia berhasil mencuri gol, setelah Tendangan Quaqliarella berhasil ditepis kiper Mucha dan bola liar mengarah manies kepadanya. Italia memperkecil ketinggalan. 2-1 masih untuk Slovakia.
Bencana...Ya Bencana.....
Bencana itu datang ketika pemain yang baru masuk, Kopunek kembali menjebol gawang Marchetti. Skor 3-1 sepertinya akan bertahan.....namun lagie-lagi harapan itu muncul...
Quaqliarella kembali memperkecil ketinggalan, dengan tendangan voli-nya yang indah di menit 92 (injury time).
Sayangnya waktu berakhir lebih cepat dari harapan Italia....
Penonton kecewa. Tak ada suara. Tak ada kata-kata. Hampir semua penonton di teras rumah Bude Rozak terdiam dan mematung.....
Hasil pertandingan di Ellis Park Stadium tetap tak berubah 3-2 untuk Slovakia. Negera pecahan Yugoslavia itupun berpesta di tengah lapangan. Keikutsertaan mereka di Piala Dunia pertamanya berbuah manis. Lolos ke babak 16 besar, dengan menyingkirkan Juara Bertahan, Italia.
---oooOooo---
Sumiran kembali ke rumah, dan mendapati isterinya senyum sumringah...
”..Ngape Loe Zah senyum-senyum...?” tanya Sumiran Sewot
”..Loe seneng ya, Tim Gue keok...?” lanjut Sumiran lagi
Mpok Izah masih senyum-senyum dan seringainya mengiringi tangisan hati Sumiran.
“Ade ape gue tanya…?”
“Gini Bang…tadi kan waktu Abang ke tempat Bude Rozak…aye betulin yang bocor..terus, ada tamu…anak muda Bang…”
“Terus ape….?”
“Ngeliat aye repot, dia naik ke genteng dan betulin yang bocor. Lalu, dia juga ambilin air buat cuci piring...dan selimutin dede yang tidur….”
[caption id="attachment_176931" align="alignnone" width="300" caption="si Jabulani...(?)si Jabulani...(?) pilihan Mpok Izah?"][/caption]
“Terus….?”
“Terus aye bilang makasih banyak...aye becandain, ‘bayar makasihnya pake ape niih?’ ”
“Terus…”
“Terus die bilang….’gak usah bayar, saya malah mau kasih hadiah buat Mpok….ini lagi demam piala dunia, Mpok mau hadiah bola bliter atau tidur sama saya..??’…”
“Terus elo jawab ape Zah,,,…..Elo pasti pilih hadiah bola bliter itu kan…?”
Izah tersenyum…dan menjawab tenang sambil ngeloyor pergi
“..Emang aye Cristiano Ronaldo...?”
-Catatan : Mohon tidak ditiru perbuatan Sumiran dan isterinya Mpo Izah, meski hanya fiksi--
Salam ukhuwah
elha/KLINIK CINTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H