Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

investasi-sex

15 Desember 2011   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era kekinian, dimana problem keluarga sudah bukan menjadi 'barang tabu' untuk dibicarakan, banyak orang mengeluhkan polah tingkah suami atau isterinya. Mereka bercerita bila isterinya lebih dekat dan terbuka dengan lelaki lain.  Atau si suami yang kabarnya sering makan diluar, dengan wanita lain tentunya. Bahkan ada, untuk tidak menyebut banyak, yang berkisah bila mereka terbiasa melakukan hubungan intim bila tugas ke luar kota, baik dengan 'pasangannya' maupun pasangan sesaat, dengan tariff tertentu.

Disisi lain, kita juga trenyuh tatkala banyak orang yang kehidupannya berubah drastis ketika memasuki usia pension. Mereka tak memiliki persiapan yang cukup, sehingga saat masa pensun tiba dengan aktifitas yang sangaaaaat berbeda, satu persatu permasalahan mulai menerpa. Degradasi status sosial, pertemuan dengan teman lama yang lebih banyak dilakukan di KLINIK / rumah sakit, problematika keluarga, perselisihan keluarga, dll.

Bila ditelusuri, kita akan menemukan bahwa salah satu sumber permasalahan tsb adalah ketidak-siapan financial. Keuangan yang tidak tertata dan menganggap remeh pension. Disisi lain, post power syndrome masa lalu masih terngiang yang membuka pintu problem semakin terbuka lebar, tak terkecuali kemampuan menghamburkan uang di tubuh 'pasangan' sesaat tadi.

Bagaimana menghadapi semua itu.......

1. Investasi Sex

Bagi mereka yang gemar melakukan aktifias sex luar nikah, mulailah berfikir untuk hari tua. Sex luar nikah, baik dengan pasangan tetap, teman kerja ataupun 'pasangan sesat' pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hitungan matematika mengatakan bila angka Rp. 250.000,- menjadi sebuah average. Dengan mengabaikan tariff kamar hotel dan tariff lain, bagi mereka yang memiliki kemampuan financial diatas rata-rata.

.

Mari kita gunakan kalkusi sederhana. Jika rata-rata aktifitas sex luar nikah tsb dilakukan 1x/minggu, setidaknya diperlukan dana (minimal) Rp. 1.000.000,- / bulan atau Rp. 12.000.000,-/tahun. Bila mereka yang gemar melakukan hubungan sex luar nikah pada usia 27 tahun, dengan mempertimbangkan kemampuan hidup rata-rata manusia Indonesia selama 70 tahun, khusunya masyarakat perkotaan, maka hubungan sex tersebut terjadi selama 43 tahun dengan total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp. 516.000.000,-

Bayangkan bila dana sebesar itu ditabungkan, deposito atau investasi lain, jumlahnya akan berkembang sesuai rate ekonomi, nilai investasi dan keuntungan lainnya. Setidaknya sama dengan Rp. 516.000.000,-. Sebuah nilai yang cukup untuk memulai hidup baru dimasa pension

Dus, ketersediaan dana itu akan menutup peluang problem 'sakit', pertemuan di KLINIK dan permasalahan lain yang muncul tiba-tiba disaat pension.

Then, mulailah hidup alamiah sesuai kodrat manusia plus biasakan menabung Rp. 250.000,- setiap kali melakukan hubungan intim dengan pasangan syah dan halal, bahwa ini untuk aktifitas pension kita nanti. Namun hindari pikiran negative, tapi berfikirlah untuk masa depan sekaligus menghindari penyakit kelamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun