Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pergi Haji Gratis

25 Oktober 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Semoga jadi haji yang mabrur ya Bu!” ujar seorang Ibu Muda dengan pakaian necis

“Makasih Jeng.” Jawab pemilik hajat

“Selamat ya Bu. Semoga berkah!” ujar yang lain

“Makasih…. Ma…kasih “ jawabnya dengan sedikit isak tangis yang tertahan

Labaik Allahumma Labaik….Merinding dan bikin bulu kuduk berdiri. Dialog kaum Ibu dalam walimatussafar itu semakin menegangkan aliran darah dan memati surikan pikiran.

“Bu Yuly….Bu…..?”

“Bu Yuly….Ibu gak apa-apa?” tanya Dika, bocah berusia sepuluh tahun

“….i…iyyya…i…Ibu gak apa-apa”

Dika penasaran. Dia mendekatkan wajahnya ke muka Yuly. Dika segera tahu bila Yuly, Ibu angkatnya sedang menangis. Mukanya memerah dan butir-butir air mata masih membasah matanya.

“..Naaaah Ibu bohong…kata Ibu bohong dosa….Ibu nagis kenapa..?”

Yuly segera mengusap air matanya.

“..Enggak,,,engak apa Dika…Ibu gak apa-apa…!” jawabnya, tangannya sigap menggendong Dika agar anak itu tidak bertanya lagi

.

Labaik Allahumma Labaik. Labaikala Syarika Laka Labaik. Innal Hamda Wani’mata Laka Walmul..Laa Syarikala…

Sesegukan hati Yuly. Hatinya terus membayangkan kalimat panggilan ILAHI yang terus dikumandangkan via wireless di rumah Bu Endang, seorang Pengusaha Minuman Ringan. Dialog jamaah Walimatussafar tadi semakin mengiris hatinya.

Ingin sekali Yuly menunaikan Ibadah rukun Islam kelima itu. Namun setiap kali dia mengumpulkan uang, setiap kali pula kebutuhan lain segera menghadang seperti Kurban Idul Adha, shodaqoh fakir miskin, sumbangan dan aktifitas social banjir,bayaran sekolah anak-anak yatim dan kebutuhan-kebutuhan lain diluar kebutuhan dirinya.

Ingin juga dia mengurangi pengeluaran untuk anak yatim, atau zakat profesi atau sumbangan social, namun hatinya selalu menolak. Hatinya selalu ‘meradang’ bila sedikit saja dia memikirkan hal itu.

“…Ibu…kemarin Pak Salim kasih ini. Katanya buat belajar di rumah Bu…” seru Dika membuyarkan lamunan Yuly

“..Coba sini Ibu lihat…”

Yuly menerima lembaran buku tulis kusam yang sampul luarnya sudah digambari oleh tokoh film cartun Shinchan dan Upin-Ipin….Yuly menyeringai..”Ah, dasar anak-anak…”

Lembar pertama buku itu berisi pelajaran Thoharoh/bersuci, wudhu, membasuh muka, mandi dll. Lembar kedua sholat. Lembar ketiga puasa. Aaaahh…pelajaran syariat biasa.

Yuly menarik nafas panjang. Tangannya tetap membuka lembaran selanjutnya, meski hanya berisi kertas bergaris putih tan berwarna. Tak ada isi. Tapiiii….di ujung lembaran terakhir, Yuly melihat tulisan kecil. Tulisan orang dewasa. Yuly mendekatkan matanya untuk melihat lebih jelas.

“….Wirid untuk menggetarkan ‘Kursiy’ ALLAH…” haaaahhhhhh

“…Yaa Allah……” terperangah. Yuly kembali menarik nafas panjang

Ba’da Maghrib, seperti biasa Yuly membaca dzikir rutin. Dika, anak yatim yang kini sudah menjadi anak angkatnya membereskan sajadah.

“Allâhumma innî as-aluka bismikal ladzî yumsyâ bihi ‘alâ zhulalil mâi kamâ yumsyâ bihi ‘alâ judadil ardhi.….” Seru jutaan orang sambil berjalan Ka’bah Baitullah….

Yuly melihat jutaan orang berada disekelilingnya dengan pakaian putih tak berjahit. Hatinya berdebar. Matanya berair. Tak kuasa dia berdiri, dan….dia terus berjalan mengelilingi Ka’bah

.

klik Group fb KLINIK CINTA serie 2, untuk menemukan cinta dan keluarga sakinah

.

Salam ukhuwah

--elha / KLINIK CINTA--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun