Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Halal Bi-Halal…Halal atau Haram?

24 September 2010   00:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Halal biHalal sejatinya adalah saling menghalalkan atau memaafkan atas segala salah, khilaf dan alpa…..namun sebaliknya, mereka meng’haram’kan dirinya sendiri.

---oooOooo---

Sejarah Halal Bihalal

Banyak orang mengira kalau Halal BiHalal adalah budaya Arab yang diimpor ke Indonesia. Atau bahasa kerennya, Indonesia meniru orang Arab. Sok ikut-ikutan masyarakat Padang Pasir….hehehehehe

Berdasarkan etomologinya Halal BiHalal adalah padanan dua kata yang setara, sejajar dan semakna (halal) yang diapit oleh kata penghubung ‘bi’. Halal dapat diterjemahkan sebagai ‘diperkenankan’, ‘dibolehkan’ berkebalikan dari kata ‘Haram’ yang bermakna ‘dilarang’. Secara lughowiyahnya Halal BiHalal dapat dimaknai sebagai ‘saling Memperkenankan kesalahan yang lalu’ atau simpelnya ‘Saling Memaafkan’.

[caption id="attachment_267533" align="aligncenter" width="300" caption="Saling memaafkan sesama (elha.doc)"][/caption]

Ternyata Halal BiHalal adalah Produk Pribumi. Hasil kreatifitas bangsa Indonesia. Karenanya tradisi ini tidak berkembang di Negara lain, termasuk wilayah Jazirah Arab, kecuali negeri serupun Malaysia (?).

Menurut Drs. H. Ibnu Djarir/ketua MUI Jateng, asal mula halal bi halal ada beberapa versi. Namun berdasarkan sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Beliau ingin silaturahim dilakukan secara serentak dan bersama antara petinggi keraton, prajurit dan masyarakat dalam satu waktu dan tempat yang sama.

Makna Halal Bilhalal

Halal BiHalal kini dilakukan oleh hampir semua instansi, pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, partai politik, keluarga besar, alumni sekolah, paguyuban, bahkan anak-anak nongkrong. Tak peduli warna kulit, entitas, etnis, agama dan gender. Semua berkumpul, bergembira dalam suasana indah.

Mereka merasa berhak melaksanakan Halal BiHalal. Semua orang merasa memiliki tradisi tersebut. Apalagi bagi mereka yang telah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Sungguh, ceremony Halal BiHalal memberikan warna tersendiri.

Ceremony….???

Ya ceremony, karena Budaya yang awalnya ditujukan sebagai sarana silaturahim, saling memaafkan, saling merekatkan kembali persaudaraan, menata kembali nilai humanitas, peluk-cium, jabat tangan erat, tangis-kesedihan dan haru dengan perginya Sang Ramadhan dan isak tangis bahagia atas terhapusnya dosa diantara sanak saudara dan kerabat, kini sudah berubah. Halal Bihalal lebih diwarnai tawa-canda, rumpa-rumpi, obrolan sana-sini dan makanan yang (kadang) melimpah ruah.

Tak jarang tanpa kita sadari Halal biHalal telah menjadi ajang ‘show of’ keberhasilan diri, ‘kompetisi’ pakaian, parade Handphoe terbaru/termahal/terbagus dan nuansa ‘lomba’ pernik-pernik kehidupan lainnya.

Tidak kita temui lagi para orang tua yang menangis tersedu dalam pelukan keluarga atau karib kerabatnya. Menangis haru mengingat dosa dan kesalahan lalu diantara mereka sambil berucap, “Maafkan aku ya Jeng…”,“Maafkan atas kesalahanku selama ini Mas….”, “Minal ‘Aidin WalFaizin Kang…”. Lalu, pelukan bertambah erat dan keharuan semakin mendalam. Air matapun deras berlinang.

[caption id="attachment_267538" align="alignright" width="225" caption=""Maafkan aku Ya Mba..." sambil berlinang air mata (elah.doc)"][/caption]

Masihkah kita saksikan Halal BiHalal dengan nuansa Idul Fitri yang kental. Tetesan air mata menyusuri areal pipi ketika mereka menikmati bersama indah kebersamaan pasca Ramadhan. Indahnya hari kemenangan. Berhasil melewati ujian Shiyam, menahan diri dari omongan yang tidak perlu, menahan diri dari rasa lapar, haus dan hasrat sexualitas, menahan diri dari mendengar dan melihat aib orang lain dan menahan diri dari amarah.

Kesedihan dengan berlalunya Ramadhan. Kesedihan karena kita tidak tahu apakah Ramadhan berikutnya kita masih akan berjumpa……?

Halal BiHalal yang sering kita saksikan sering kali ‘menabrak’ sendi moral. Pertemuan yang tak jarang membicarakan sesama, mengkritik kebijakan pejabat ‘x’, berpantomim menyindir ‘oknum y’, melampiaskan nafsu makan dan minum seolah lepas dari ‘belenggu’ Ramadhan yang ’menahan’ mereka. Atau jangan-jangan selama Ramadhan mereka juga demikian. Wallahu’alam.

Nah, yang sering terlupakan dalam hajat besar Halal BiHalal adalah waktu sholat dan berbuka bagi yang (masih) shuam Syawal. Misalnya Halal biHalal dilakukan antara waktu Ashar dan Maghrib atau maghrib dan Isya.

Perjalanan menuju lokasi membuat peserta kebingungan atau tidak sempat melaksanakan kewajiban sholat Ashar atau Maghrib. Selanjutnya mudah ditebak, durasi pelaksanaan Halal Bil Halal yang penuh kata sambutan juga ’memaksa’ peserta untuk melupakan sholat berikutnya.

Bila sudah demikian, adakah Halal BilHalal bermakna saling memaafkan...? Masihkah mereka bersemangat mengatakan bahwa Idul Fithri artinya Kembali Suci? Atau Hukum Halal BiHalal berubah menjadi....

(Dalam Surat Al-Baqoroh 183 disebutkan bahwa Shiyam Ramadhan diwajibkan bagi orang-orang yang beriman agar mereka bertaqwa)

Halal BiHalal, sangat dianjurkan. Bahkan memiliki peran efektif dalam membangun kebersamaan. Namun bila sudah menyimpang dari tujuan....maka........

[caption id="attachment_267540" align="alignright" width="300" caption="Membangun kebersamaan dengan Halal Bilhalal (elha.doc)"][/caption]

Wallahu’alambishowab.

Taqobbalallhu Minna Waminkum. Kullu Aam wa-antum Bilkhoir. Waja’alahu Minal ’Aidin Walfaizin.

Mhn di-ikhlaskan segala salah, khilaf dan ke-alpaan elha selama ini. Smg Allah meridhoi keikhlasan kita semua. Amien

Note :

Rekans Kompasianer...

Awalnya elha berencana ingin mengundang kompasianer n masy dalam acara bertajuk

LEBARAN KETUPAT” atau ”SYAWALAN”...

Insya ALLAH dana dah disiapkan.....Tapi ALLAH berkehendak lain....

Anak kedua elha masuk rumah sakit, setelah menderita Thypus dua minggu dirumah...Then, dana tsb dah terpakai utk biaya perawatan anak tersayang....

Yuuuk kita berhalal BilHalal...dg saling memaafkan, saling berkasih sayang

Salam ukhuwah

--elha / KLINIK CINTA—

www.jangankedip.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun