Benar. 17an kali ini memang berbarengan dengan pelaknsanaan shaum dan Ibadah Ramadhan. Tapi bukan berarti seluruh rangkaian kegiatan menyambut hari lahir Republik ini mendadak berhenti. Bukankah Soekarno – Hatta memproklamirkan RI bertepatan dengan Bulan Ramadhan..?? Bahkan Teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik ditandatangani oleh Soekarno - Hatta pada saat makan sahur.
---oooOooo---
Peringatan hari Kemerdekaan tahun ini terasa berbeda. Merah putih yang terpasang di depan rumah seperti berbicara sendiri. Sementara atribut lain yang menghiasi jalan seolah merenung dalam kalbu masing-masing. Tak ada hantaran jiwa, tiada pula nostalgia.
[caption id="attachment_235839" align="aligncenter" width="300" caption="Merah Putih berkibar dalam sunyi (elha.doc)"][/caption]
.
Kualihkan pandanganku ke arah jalan raya yang ada di pemukiman. Sepi. Sama seperti jalan rumahku. Hanya atribut bendera yang meramaikan suasana.
.
“17an kita ramein pake bendera aja. 17annya pas Bulan Puasa” komentar RT satu ketika
[caption id="attachment_235841" align="alignright" width="300" caption="atribut 17an di pemukiman. Sepi (elha.doc)"][/caption]
Benar. 17an kali ini memang berbarengan dengan pelaksanaan shaum dan Ibadah Ramadhan. Tapi bukan berarti seluruh rangkaian kegiatan menyambut hari lahir Republik ini mendadak berhenti. Bukankah Soekarno – Hatta memproklamirkan RI bertepatan dengan Bulan Ramadhan..?? Tepatnya di hari Jum’at, Pk. 10.00, tanggal 09 Ramadhan 1364 H.
.
Adakah yang salah dengan kita…??
.
Pikiranku membawaku ke tahun 2008, tahun dimana kami pertama kali menempati rumah sendiri, setelah sebelumnya berstatus kontraktor. Kontrak sana, kontrak sini.
.
Rawasari, 17 Agustus 2008
Setelah tahun sebelumnya kami berhasil ‘menggebrak’ warga dengan penyelenggaraan lomba azan, hafalan surat dan busana muslim (?), 17an 2008 kami kembali melaksanaan perlombaan yang belum pernah diadakan disana, yaitu lomba Cerdas Cermat tingkat SD – SMP.
.
Sambutan warga Rawasari, khususnya di sekitar lokasi tempat tinggal kami, sangat positif. Selama ini mereka ‘hanya’ disuguhi perlombaan konvensional seperti balap karung, makan kerupuk, menggigit uang di dalam buah semangka yang sudah dilumuri oli/arang hitam dan gaple.
.
Dengan Lomba Cerdas Cermat, Azan, Hafalan Surat dan Busana Muslim (?) mata mereka terbuka, betapa nilai pendidikan anak-anak mereka ‘cukup tertinggal’ dibandingkan dengan yang lain. Kebanggaan mereka terhadap anak-anak mereka seolah semu. Mereka mulai sibuk mencari solusi untuk meningkatkan grade anak-anak mereka. Alternative yang muncul seperti Les/Kursus Gratis tingkat SD-SMP, Kursus Komputer, dll.
.
Kami menjadi ‘buruan’. Karena kami dianggap sebagai pemicu ‘terbongkarnya’ ketertinggalan anak-anak mereka. Anak-anak yang biasa nongkrong dipinggir jalan sepulang sekolah, anak-anak yang biasa menghabiskan waktu bermain bola dan berkeliling kampung kini mulai di’kendalikan’. Para orang tua ‘cukup terpukul’ ketika para peserta cerdas-cermat tidak mampu menjawab pertanyaan yang tergolong mudah.
.
Dilema. Seperti makan buah simalakama.
Fenomena penyelenggaraan lomba yang berbeda tsb memang dari kami, termasuk pendanaan, penjurian, penyediaan soal, hingga pengklasifikasian peserta dan berkoordinasi dengan 3 (tiga) RT setempat serta teman-teman aktifis lainnya. Karena itu mereka berharap kami ikut aktif dala follow up-nya, dalam penyediaan semacam lembaga peningkatan pengetahuan anak-anak mereka.
.
Suatu penghormatan, tantangan sekaligus ‘tamparan’ bagi kami. Betapa tidak, sebagai warga baru gerak kami sangat terbatas. Selain itu, kami bukanlah lumbung dana seperti LSM ‘the have’ ataupun Negara donor. Kami hanya mencoba sesuatu yang lain.
---oooOooo---
Warga sudah berkumpul dihalaman rumah Pakde, sekretaris RT kami. Halaman itu merupakan lahan dan lapangan satu-satunya. Beberapa anak sudah bersiap mengikuti lomba. Satu…dua..tiga..priiiittttt..
.
“…Fachri….fachri mana fachri….?” Suara mikrofon memanggil.
Anakku tersenyum. Ini adalah lomba 17an pertama yang diikutinya, itupun dengan sedikit desakan, karena usianya baru 3,5 tahun.
.
“..Nanti kalau dihitung satu, dua, tiga langsung lari ya…” suara ketua RT menjelaskan dari mrikrifon
Belum selesai sang ketua RT bicara, anakku langsung berlari jongkok dengan tempat duduk kecil. Seluruh warga tertawa melihat kepolosan fachri, anakku.
.
“…Nanti, kalo usah ada aba-aba..priiiit…” kata Pak RT sambil tertawa yang membuat warga kembali tertawa.
.
Anakku terdiam. Ada perasaan malu yang tersembunyi di hatinya. Malu dihadapan orang banyak. Ini adalah lomba pertamanya dan ia mendapatkan sesuatu yang sangat tidak diharapkan. Segera kupeluk dia, meskipun bibirku tak kuasa menahan tawa.
“..Yaa udah, nanti ai ikutan lagi ya…” hiburku
.
“..Fachri…fachri…ikutan lagi gakk…?” teriak Pak RT
“..Iyya Pak…ayyu..ai…” ajakku member semangat
“Satu…dua..tiga..Priiiitttt….”
Anakku berlari kencang dengan tempat duduk kecilnya menuju lintasan pertama, kemudian berbalik, lari kembali dan berbalik……”Hiiiyyyyyaaaaa”
[caption id="attachment_235846" align="alignright" width="300" caption="Ayyyooooo semangat (elha.doc)"][/caption]
.
“..Juara satu Fachri, juara dua….juara tiga….ke-empat…..” teriak suara dari mikrofon
“..Tuch kan ai…ai pasti bisa…tos dong…” tangan kami saling beradu diiringi senyumnya yang lepas.
.
Anakku berhasil mengatasi rasa malunya. Fachri berhasil mengalahkan ego-nya dan kembali ‘bertarung’ dan memenangkan kompetisi dengan anak yang berusia diatasnya. Tetap Semangat…..
---oooOooo---
“..Benar…tetap semangat….terima kasih anakku”
Peringatan hari Kemerdekaan kali ini harus tetap semarak, meskipun bulan Ramadhan. Bukankah Soekarno – Hatta memproklamirkan RI bertepatan dengan Bulan Ramadhan..??
.
Catt : mhn maaf, redaksi dan ucapan dan dialog mungkin tidak sama persis dengan aslinya.
. Salam ukhuwah
elha / KLINIK CINTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H