Bagi penikmat TV Serial asing sepertinya sudah familiar dengan serial yang dimana tokoh utamanya merupakan anak dari keluarga Cooper yang diberi karunia oleh Tuhan atas kejeniusan dan intelektual tingginya. TV Serial Young Sheldon (2017) merupakan Spin-off dari TV Serial dengan judul The Big Bang Theory (2007). Pada TV Serial The Big Bang Theory mengisahkan tentang kehidupan Sheldon Cooper sebagai seorang ilmuwan jenius yang bekerja sebagai profesor fisika teoretis di Caltech (California Institute of Technology). Sheldon digambarkan sebagai sosok yang unik, seperti memiliki tingkat intelektual yang tinggi, imajinasinya yang luar biasa, kritis dan cenderung tidak mau kalah dengan pencapaian orang lain. Namun disisi lain, ia kesulitan dalam memahami emosi orang lain sehingga ia kesulitan berinteraksi secara sosial dengan lingkungan baru kecuali dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ia juga dikenal dengan rutinitas yang kaku, pola hidup yang terstruktur, serta memiliki beberapa perilaku yang memperlihatkan bahwa ia berada pada spektrum autisme walau tidak secara eksplisit diterangkan.
Pada TV Serial dengan judul Young Sheldon sendiri mengambil latar suasana ketika Sheldon masih anak-anak dan hidup bersama keluarganya. TV Serial ini diproduksi oleh Chuck Lorre Productions dan Warner Bros Television. Chuck Lorre dan Bill Prady merupakan produser dari TV Serial ini yang juga terlibat dalam produksi The Big Bang Theory. Produksi film berlangsung dari 2017 hingga 2024 dengan total 7 musim, tiap musim berisi 14-22 episode dengan durasi sekitar 21 menit per episode. Memiliki genre drama dan komedi keluarga membuat serial ini bisa menjadi tontonan harian dan teman untuk makan. TV Serial ini dapat ditonton secara streaming pada situs Amazon: Prime Video.
Mengisahkan Sheldon kecil sebagai anak jenius berusia 9 tahun yang tumbuh di Texas pada tahun 1980-an bersama ayahnya (George Cooper) sebagai pelatih baseball di Medford High School dimana ia dan saudaranya bersekolah. Ibunya (Marry Cooper) seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan gereja, kakak laki-lakinya (George Cooper Jr.), saudara kembar perempuannya (Missy Cooper) dan neneknya (Connie Tucker). Meskipun Young Sheldon adalah Spin-off dari The Big Bang Theory, serial ini tetap wajib ditonton. Baik setelah menonton The Big Bang Theory atau bahkan sebelum menontonnya, karena kaitan antara dua serial ini hanya sedikit. Selain menghibur, serial ini memiliki esensi dari nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil oleh penonton dari sudut pandang yang berbeda. Berikut beberapa esensi yang dapat diambil dari TV Serial Young Sheldon:
1. Peran Keluarga dalam memaksimalkan potensi anak
Antara George Jr., Sheldon dan Missy memiliki bakat dan minat yang berbeda. Sheldon cerdas dalam sains dan aritmatika namun lemah dibidang olahraga, sedangkan kembarannya, Missy tidak secerdas Sheldon namun ia berbakat dibidang olahraga khususnya baseball. George Jr. tidak berbakat dibidang sains ataupun olahraga, namun dia kompeten dalam mengerjakan sesuatu dengan kekuatan fisik. Keluarga Cooper bukanlah keluarga dari menengah keatas, namun mereka memastikan bahwa anak-anaknya tetap mendapatkan pendidikan yang tepat. Berbekalkan bakat mereka masing-masing, Sheldon didukung pendidikannya sampai ia berkuliah di University of Galveston pada usia 11 tahun, kemudian pindah ke Caltech pada usia 14 tahun untuk melanjutkan studi. Missy mendapat dukungan penuh dari neneknya untuk bermain baseball, sebab pada saat itu hanya pria yang dapat bermain baseball. Atas dukungan dari keluarga dan pelatihan dari ayahnya, Missy telah memenangkan penghargaan baseball ketika menduduki jenjang menengah atas. Sedangkan George Jr. memilih untuk putus sekolah dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion yang ia miliki, keputusan tersebut dengan berat hati diterima oleh George dan Marry, namun mereka berdua tidak langsung lepas tangan dari putra sulungnya itu, melainkan mereka mendukung tiap pekerjaan yang didapat oleh George Jr. sehingga dari situlah ia terbiasa hidup mandiri.
2. Memahami suasana hati orang lain
Sejak awal serial ini dimulai, Sheldon digambarkan sebagai pribadi yang sulit peduli dengan kondisi dan suasana hati orang lain. Namun, lambat laun ia belajar untuk memahami perasaan orang lain, salah satunya pada temannya yakni Paige Swanson. Paige merupakan perempuan yang lebih muda dan secerdas Sheldon. Sheldon menganggap Paige sebagai rival, namun latar belakang keluarga Paige yang memiliki masalah internal membuat Sheldon melihat sisi lain dari kehidupan rivalnya ini. Kondisi ini diterangkan pada musim 3 episode 12 menit ke-15.
Sheldon: “Jika kau mau, aku mendengarkan.”
Paige: “Aku tak mau.”
Sheldon: “Aku tak mau mendengar, tapi kita disini. Sudah lebih tenang?”
Paige: “Semua orang bersikap aneh. Ibuku pergi berkencan, dan ayahku kenakan-kanakan, kakakku terus menangis. Aku berharap semua kembali seperti dulu, kurasa tidak mungkin. Aku harus tinggal di dua rumah, nenekku mengatakan hal-hal jahat tentang ayahku….”
Sheldon: “Itu terdengar sulit.”
Paige: “Ya, Benar.”
Dari cuplikan dialog tersebut, dapat dilihat bahwa terkadang orang yang memiliki masalah tidak selalu ingin diberi saran oleh orang lain, namun mereka hanya meminta untuk didengarkan.
3. Menghargai pilihan hidup orang lain
Walaupun tiap tokoh pada serial ini disajikan dengan karakter yang berbeda, namun mereka tetap saling menghargai keputusan orang lain atas pilihan hidupnya. Sebagai contoh Sheldon sendiri, di usia 15 tahun Sheldon berencana untuk mengikuti program musim panas di Jerman atas saran dari gurunya yakni Dr. Sturgis. Ketika Sheldon mengungkapkan rencana tersebut kepada ayah dan ibunya, tentu saja mereka tidak langsung setuju. Melalui beberapa pertimbangan, pada akhirnya Sheldon dengan ditemani ibunya, Marry Cooper mereka sepakat untuk pergi ke Jerman selama beberapa bulan. George Jr. ketika meminta untuk putus sekolah juga tidak langsung diizinkan oleh George dan Marry, sebab menurutnya anak-anak mereka harus memiliki pendidikan yang pantas. Setelah beberapa argumentasi yang diterangkan oleh George Jr., akhirnya George dan Marry mengizinkan putra sulungnya untuk memutus pendidikannya dan beralih penjadi pekerja.
4. Isu sosial-budaya yang kuat
Latar cerita Young Sheldon yang berlatar di Texas menggambarkan dinamika budaya keluarga tradisional di wilayah Selatan Amerika Serikat. Di kawasan tempat tinggal keluarga Cooper, gereja dan baseball merupakan “Raja” disana. Serial ini menggambarkan bagaimana lingkungan sosial, seperti sekolah, gereja, dan komunitas, memengaruhi perkembangan individu yang dianggap berbeda. Contohnya, Sekolah Minggu yang diadakan oleh komunitas gereja dan wajib diikuti oleh anak-anak. Meskipun Sheldon menganggap dirinya seorang Ateis, ia tetap mengikuti kegiatan sekolah Minggu karena ibunya yang merupakan seorang aktivis gereja setia. Di sisi lain, ia juga berdoa bersama keluarganya di gereja dan berdoa setiap makan malam bersama keluarga.
Beberapa nilai kehidupan yang ada dalam TV Serial Young Sheldon dapat menjadi pilihan yang tepat untuk ditonton, baik bersama keluarga, teman, atau bahkan sendirian. Serial ini menggambarkan pentingnya peran keluarga dalam mengoptimalkan potensi anak-anak, serta membuka pandangan baru bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang seharusnya diarahkan dengan bijak oleh orang tua. Meskipun setiap individu menghadapi tantangan hidupnya sendiri, tidak ada salahnya bagi kita untuk berada di samping seseorang yang membutuhkan pendengar agar mereka dapat menentukan arah hidupnya, dengan tetap menghargai keputusan yang diambil. Selain itu, serial ini juga mengangkat isu-isu sosial dan budaya yang relevan, seperti pengasuhan anak berbakat, hubungan antar saudara, serta perbedaan nilai antar generasi, yang merupakan persoalan universal yang juga berlaku di masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H