Mohon tunggu...
Elga Lutfiana Wanti
Elga Lutfiana Wanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Review, Cerpen dan Konten lainnya

Perempuan yang selalu dalam naungan

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku: Kamu Tidak Istimewa Karya Natasha Rizky

15 September 2024   13:40 Diperbarui: 15 September 2024   13:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul Buku : Kamu Tidak Istimewa

Penulis : Natasha Rizky

Penerbit : PT ELEX Media Komputido

Tebal Buku : 108 Halaman

Blurb :

Riwayat ini mengandung banyak paham. Bias prasangka hadir melengkapi desus. Remuk redam menjadi sorakan. Bimbang. Barangkali jenaka? Atma lunglai rasa tak menapal. Kosong termanipulasi gelagatnya sendiri. Piala penderitaan terbaik tergenggam erat. Enggan lepas. Hingga sebuah utas melingkupi. Yang istimewa bukan hanya kamu. Dirimu jauh dari satu-satunya. Allah mencintai semua. Berikut getir-getirnya.

Ulasan :

Buku ini berisi tumpahan emosi negatif dari penulis, penuh erangan dan jeritan hati yang tak terjamah mata. Luka dan perih penulis ditumpahkan semua, seterang-terangnya, sejelas-jelasnya.

Pemilihan kata dalam puisi ini campuran antara bahasa baku dan tak baku, tulisan sederhana yang dicampur dengan kosa-kata yang tak umum dengan tujuan memperelok puisi  namun yang menurutku membuatnya terlihat seperti es campur. Kadang saya harus membuka KBBI untuk mengecek apa arti dari suatu kata ketika membaca buku puisi ini. Saya berpendapat, pemilihan kata dalam puisi ini kadang janggal, satu dua diantaranya terkesan memaksa menggunakan kata yang tak umum.

Dalam buku ini penulis menyiratkan rasa sedih, marah, kecewa, dan juga benci. Dengan halus menuliskan sindiran untuk orang yang dituju. Sindiran halus ini terasa pedas bak luka yang disiram alkohol. Untuk siapapun ia tujukan puisi itu, celanya akan dikenang hingga akhir masa.

Format buku ini boleh dibilang unik, dengan font yang menyerupai tulisan tangan dan ilustrasi warna-warni jenaka. Mungkin ilustrasi tersebut menggambarkan wajah yang ia tampilkan sehari-hari, namun didalamnya ia menyimpan seribu satu duka yang tak dapat ia tampakan. Namun memang ada beberapa ilustrasi yang menggambarkan perasaan sepi dan rasa sedih penulis dengan cara yang sederhana namun menyentuh, seolah itulah apa yang penulis rasakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun