Salahkah aku?
Kerap kali orang mencaciku diam-diam
"Ia cantik, jelas semua orang memujanya"
"Ia cantik, jelas semua orang ingin membantunya"
Salahkah aku?
Salahkan aku yang terlahir demikian?
Haruskah aku, menyembunyikannya.
Agar tak ada lagi yang menatapku demikian,
Penuh hasrat, penuh iri, penuh dengki
Aku si jelita
Yang kadang bingung, menatap topeng manusia
Tuluskah ia?
Jujurkah ia?
Apa maksudnya membantuku?
Mata-mata tertuju padaku
Menatapku dengan berjuta ekspresi
Menyalurkan kengerian yang meremangkan
Menyalurkan trauma dan berbagai kenangan tak mengenakan
Jadi, salahkah aku?
(Tangerang, 25 Mei 2022)Â
Terinspirasi dari fenomena sosial, si cantik yang mendapatkan perlakuan istimewa, sampai-sampai aku mendengar dari mulut kawanku sendiri pernyataan bahwa "cantik menyelesaikan masalah". Menurutku tidak demikian, menurutku menjadi cantik saja tidak cukup, cantik tanpa cakap itu seperti plastik yang terbang kesana kemari ditiup angin. Jangan terlena dengan kecantikan, seperti kupu-kupu beberapa kecantikan justru membawa racun.
Aku memberikan sudut pandang si cantik, bagaimana kalau sebenarnya wajahnya justru jadi masalah untuknya? Bagaimana kalau ia pun muak dengan hal-hal yang ia terima karena ia cantik? Bagaimana kalau sebenarnya ia pun bingung membedakan mana tulus mana hanya topeng belaka?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H