Pernah dengar iklan “sembilan dari sepuluh wanita di Indonesia percaya dan menggunakan produk X?Atau produk Y efektif menghilangkan ketombe sekitar 99 persen?Seringkali melalui media elektronik seperti televisi dan radio, kita melihat statistik disajikan atau diperdengarkan untuk meyakinkan publik umum mengenai suatu produk atau informasi. Semakin tinggi angka statistik dalam iklan maka diharapkan konsumen semakin percaya dalam menggunakan suatu produk. Sementara dalam penyebaran informasi, semakin tinggi keakuratan data statistik maka informasi tersebut dinilai memiliki tingkat kepercayaan yang mendekati nilai sebenarnya.
Selama ini masyarakat masih awam dengan istilah statistik. Bahkan mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi juga kerap kali was-was bila mendengar mata kuliah statistik. Anggapan mereka bahwa ilmu statistik kelewat sukar, terlalu banyak angka yang njelimet dan metode statistik yang rumit. Bahkan untuk ilmu statistik dasar, banyak mahasiswa di luar disiplin ilmu statistik yang menganggapnya sulit. Mempelajari statistik merupakan momok menakutkan. Padahal penerapan statistik sangat luas, hampir ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kita seperti pada bahasa iklan, untuk penelitian di laboratorium, penulisan karya tulis ilmiah/paper dan lain-lain. Pemanfaatan ilmu statistik terutama dalam pengujian hipotesis/anggapan tentang suatu topik yang bersifat ilmiah. Bahkan dalam ilmu politik contohnya, statistik digunakan sebagai alat untuk membuktikan caleg A memiliki kredibilitas tinggi dibandingkan caleg B berdasarkan jajak pendapat/survei sekitar sekian ribu responden. Begitu pentingnya manfaat statistik hingga dilakukan survei bernuansa politik sebagai alat propaganda untuk menarik dukungan calon pemilih.
Sebenarnya statistik akrab di kalangan masyarakat. Hanya saja ilmu statistik dianggap hanya mampu dipelajari oleh orang-orang tertentu yang memiliki kecerdasan/intelegensia tertentu. Padahal ilmu statistik dapat dipelajari oleh siapa pun. Tidak perlu membayangkan sederetan angka yang rumit atau penghitungan yang kompleks. Yang perlu dipahami hanyalah menguasai dasar-dasar statistik. Di era akses internet yang tak terbatas, banyak materi tentang statistik mulai dari statistik sederhana, statistik populer hingga statistik dengan tingkatan yang cukup tinggi.
Ilmu statistik juga tak terlepas dari tingkat kesalahan dalam pembuktiannya. Tak ada ilmu statistik yang seratus persen benar atau seratus persen salah. Yang ada hanya perkiraan yang cukup mendekati nilai sebenarnya. Karena ilmu statistik sejatinya murni ilmu pengetahuan manusia. Masyarakat tidak perlu alergi dengan statistik dikarenakan minimnya pengetahuan mengenai teori-teori statistik. Sebaliknya statistik diperlukan agar mampu berpikir secara ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya, tidak hanya sekedar angka.
Statistik perlu dipopulerkan agar masyarakat awam dapat memahami dasar-dasar statistik mencakup data, proses dan hasil (output) sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang keliru mengenai suatu hasil sensus/survei ataupun informasi ilmiah. Masyarakat juga perlu berpikir secara statistik, yang berarti berpikir secara ilmiah sehingga dapat memahami dalam membaca suatu data dan informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H