numerasi awal adalah dua keterampilan yang berkembang sejak usia dini dan menjadi faktor penting yang menentukan kesuksesan akademik di kemudian hari. (Duncan et.a; 2007) Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak dapat mengenali dan melihat hubungan antar pola, simbol dan data, serta dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi danSumber belajar numerasi adalah segala informasi yang dapat diakses oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mendukung munculnya kemampuan numerasi anak. Sumber belajar numerasi yang mudah diakses anak adalah sumber belajar yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar dan keseharian anak.Â
Sumber belajar tersebut antara lain: Lingkungan alam sekitar (letak geografis, kekayaan alam, gejala alam, dll) Contoh: jarak rumah dengan pantai, tanaman yang banyak ditemui di pekarangan rumah penduduk, debit air irigasi yang mengairi sawah di sekitar, dll. Sosial budaya masyarakat setempat (ragam profesi masyarakat, lingkungan sosial, budaya daerah, dll) Contoh: jadwal penjual bakso yang melewati rumah, jarak rumah dengan pangkalan ojek, jumlah ragam hasil bumi yang disajikan dalam festival hasil bumi, dll.Â
Keseharian anak baik di sekolah maupun di rumah (rutinitas kegiatan, kebiasaan dalam keluarga, dll) Contoh: jadwal kegiatan rutin anak di rumah (seperti bangun jam berapa, berangkat sekolah jam berapa, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan diri sebelum sekolah, dll).
Operasi hitung meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Diperlukan pemahaman akan inti dan hubungan antar bilangan dengan baik untuk bisa melihat keterkaitan di antara operasi-operasi tersebut. Misalnya masalah pengurangan sebenarnya bisa diubah menjadi penjumlahan, begitu pula dengan masalah pembagian dan perkalian.
Strategi utama dalam memfasilitasi kegiatan bermuatan numerasi pada anak usia dini adalah bermain.
Melalui media yang inovatif dan kegiatan yang menyenangkan diharapkan anak dapat bemain seraya belajar sehingga tidak membebani anak belajar tentang penjumlahan. Media dimaksudkan sebagai alat yang menjadi perantara dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini. Â Dalam konteks ini terdapat banyak media yang bisa di gunakan untuk pembelajaran anak usia dini.
Prinsipnya media yang akan digunakan tersebut dapat memberikan rangsangan semangat atau motivasi anak usia dini, untuk dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Salah satu media pohon pintar bisa dijadikan alternatif pilihan untuk mengenalkan penjumlahan sederhana untuk anak usia dini kelompok B Usia 5-6 tahun. Media ini membantu anak mengenal konsep penjumlahan dengan mudah karena menggunakan benda konkrit., karena sering kali anak hanya diajak mengenal penjumlahan menggunakan lembar kerja (LKPD) yang sangat membosankan tanpa tahu konsep penjumlahan yang tepat.
Media pohon pintar mudah dibuat dan dapat digunakan juga untuk mengenal konsep pengurangan. Selain itu, pembuatannya juga tidak membutuhkan waktu yang lama.
Alat dan Bahan yang dibutuhkan untuk membuat Pohon Pintar: