Mohon tunggu...
Elfitra Augustin
Elfitra Augustin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

[copy]writer . illustrator . designer . vocal player

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Buruk Itu Dimaklumi Saja

16 Agustus 2010   12:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begitulah kira-kira yang saya tangkap sejauh pendengaran dan pengamatan saya terhadap kehidupan sehari-hari selama tinggal di Jakarta, Indonesia; juga via berita tentang kondisi nasional. Dan kebetulan juga diperkuat oleh sebuah wawancara dengan salah satu tokoh terkenal di sebuah radio swasta lokal.

Maksud ente bigimana?

Gini maksud ane. Kita kan banyak tuh dilanda permasalahan (nggak perlu disebutin satu per satu ya) tapi ya toh selama ini kita masih bisa aja tuh hidup. Entah apa karena kita tuh tipe manusia yang sangat pandai beradaptasi dengan lingkungan (ibarat kalau kita makhluk purba tuh ya, kecoaknya, gitu. Beda zaman, masih aja bisa bertahan) apa gimana nggak ngerti juga saya sebenernya :| (gimana sih!?)

Kayak misalnya, banjir. Seharusnya ya banjir kan ditanggulangi dengan, perbanyak ruang hijau, jangan bangun mall atau perumahan dimana-mana, sampah buang di tempatnya, tapi ya ini nggak. Biasanya kalau banjir kita yang 'udah nggak heran lah kalau banjir'. Dimaklumi, begitulah. Bukan yang, 'ayo kita benar-benar melakukan sesuatu!'. Maklum saja lah, kita gitu loh!

Atau gini deh, serobot antrian, atau macet, atau pelanggaran lalu lintas, kita ya, 'yaudah lah emang begitu'. Jadi kayak nrimo. Mungkinkah itu efek bangsa yang pernah terjajah? Hmm.. mungkin saja :)

Saya pun pernah merasakan hal yang demikian. Disaat area perumahan sempit dibangun BTA (Bimbingan Tahap Akhir) dan Primagama yang letaknya hanya selempar batu kerikil, bisa dibuktikan ramalan bahwa macet akan terjadi. Lha wong pada parkir! Awalnya saya yang, pasraha pada Allah YME, namun apalah Allah YME kalau tidak memberikan otak untuk dijalankan logika berfikirnya? Akhirnya palang dilarang parkir pun ditebar. Tidak tanggung-tanggung, 5 palang sekaligus! Ternyata ada hubungannya juga yah pasrah dengan jiwa malas berargumentasi. Ya seperti saya dulu ini.

Lantas bagaimana dong? Sebuah komentar lucu saya dapat dari hasil simak tekun acara talkshow di radio yang sudah saya sebutkan di awal tadi, "Kita tuh, yang namanya masalah senang dipelihara, dimaklumi, dibiarkan, tapi giliran kita sudah kena imbasnya, baru deh menyalahkan pihak lain."

Setelah itu saya kembali mengaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun