Mohon tunggu...
fiqih kurniawan
fiqih kurniawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Syahid Jakarta / Pemikir Bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelompok Sempalan dalam Pandangan Kuntowijoyo

14 September 2016   01:45 Diperbarui: 14 September 2016   02:15 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Kuntowijoyo, ada dua jenis kelompok sempalan yang dapat kita kenali selama ini. Pertama, kelompok sempalan dalam arti keagamaan dan kedua, kelompok sempalan dalam arti politik. Jika kelompok pertama berada di luar main-stream, sedangkan kelompok kedua cenderung mempunyai perilaku berbeda, masih tetap dalam main-stream umat.

Kelompok sempalan pertama menurut Kuntowijoyo, bahwa gerakan ini timbul sebagai reaksi terhadap proses marginalisasi dan atomisasi kehidupan modern. Yang menurutnya, kelompok-kelompok semacam ini muncul baik di daerah pedesaan maupun di daerah urban. Faktor sosial sangat mempengaruhi keberadaan kelompok ini, seperti hilangnya solidaritas dan nilai-nilai dasar lainnya yang mengancam degradasi antar individu dengan lingkup sosial. 

Oleh karena itu, dengan melihat faktor tersebut, kelompok ini menuntut adanya sebuah kebutuhan internal dari proses sosial di luar mereka, sehingga mereka membentuk sebuah jama'ah, yaitu semacam paguyuban untuk memperoleh kembali identitas kolektif mereka yang hilang.

kelompok sempalan kedua, lebih cenderung berkarakter politik. Menurut Kuntowijoyo, kelompok sempalan jenis kedua ini masih berada dalam main-stream, misalnya kendatipun mereka tidak bergabung dengan atau berasal dari kelompok2 keagamaan formal, mereka tidak berusaha untuk melakukan isolasi atau menjadi eksklusif. Biasanya, mereka menjadi radikal karena kecewa terhadap ulama-ulama atau pemimpin-pemimpin umat yang tidak peka terhadap kenyataan-kenyataan sosial dan politik. 

Kuntowijoyo memandang kelompok sempalan kedua ini berangkat dari alasan-alasan sosial ekonomi, kemudian cenderung bergerak ke kiri. Sementara itu, mereka yang frustasi karena lebih didasarkan pada alasan-alasan keagamaan cenderung menjadi kenan-kananan. Yang memakai alasan demikian menurut Kunotwijoyo bisa diasosiasikan dengan kelompok-kelompok radikal yang sering menggunakan metode qital (jihad bersenjata atau kekerasan) untuk mengaktualisasikan gerakannya.

Sebagai seorang sosiolog, Kuntowijoyo melihat persoalan kelompok sempalan kedua ini dengan analisis mikro dan makro. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh kelompok ini cenderung lebih bersifat tertutup dalam rekruitmen dan tidak menjadikan kacamata makro sebagai analisis kerjanya sehingga menyebabkan rendahnya analisis sosial mereka. 

Dan Kuntowijoyo menilai radikalisme mereka sesungguhnya bersifat emosional tanpa didasari analisis sosial yang makro, maka tidaklah heran jika terapi yang ditawarkan pun sangat simplistis dan naif, malah kadang kala disertai dengan kekerasan, menurut Kuntowijoyo suatu kecenderungan yang membawa mereka ke arah gerakan anarkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun