Mohon tunggu...
fiqih kurniawan
fiqih kurniawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Syahid Jakarta / Pemikir Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reinkarnasi 'Kartini' Masa Kini, Menegaskan Kesetaraan Gender di Desa Tegalgubug

22 April 2016   02:01 Diperbarui: 22 April 2016   02:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut yang penulis denger, mayoritas mereka (pembeli) di rumah membuka konfeksian (barang yang diolah secara massal) yang memiliki orientasi memproduksi macam-macam jenis barang. Akan tetapi yang paling penting di sini adalah adanya simbiosis mutualisme atau sikap saling menguntungkan satu sama lain yaitu antra Tegalgubug dengan daerah-daerah lainnya.

Angka pedagang perempuan di pasar hampir sepadan dengan lelaki dengan jenis dagangan yang berbeda-beda. Maka tidak heran jika ditemukan fenomena kaum perempuan di pasar terbiasa bopong (bahasa jawa dari ngangkat) barang-barang berat yang dibungkus waring (karung). Jika pasar libur, tidak jarang para langgan (pembeli) tersebut biasanya membeli barang langsung ke rumah-rumah pedagang. 

Selain itu, pemandangan lain terlihat dari kaum perempuan, mereka terbiasa melakukan aktifitas menjahit barang yang nantinya barang tersebut akan di dagang pada hari pasaran. Tangan-tangan kreatif biasanya muncul pada diri seorang perempuan, kelihaian dan kecakapannya dalam menjahit telah menjajikan mereka untuk aktif mencari rejeki bersaing secara sehat dengan para lelaki. Jika pun mereka yang tidak mengisi aktifitas dengan menjahit, hari-hari mereka pun di isi untuk berdagang di pasar-pasar lain. 

Jika pasar tersebut jauh, mereka biasanya membentuk komunitas dan atas dasar persaudaraan, mereka berangkat bareng-bareng dengan mencarter mobil dan membawa bekal dagang mereka masing-masing. Demikianlah aktifitas tersebut dilakukan secara rutin tiap harinya selama se-minggu oleh kaum perempuan di Desa Tegalgubug.

Jadi, di Tegalgubug, para pedagang tidak hanya dipenuhi oleh kaum lelaki, bahkan dapat dikatakan mayoritas di pegang diisi oleh para perempuan yang menjadi tonggak kepemimpinan dalam mengurus perekonomian keluarga. Kendati pun para lelaki tetap melakukan kewajibannya untuk menafkahi keluarga. Namun bagi penulis, apa yang mereka (perempuan) lakukan tersebut sebagai bentuk profesi yang harus diemban dan hal tersebut sudah terjadi secara turun temurun, dalam hal ini tidak memandang lelaki dan perempuan. 

Terlepas dari sumber-sumber normatif Islam yang berbicara demikian, jika ditilik dari segi sejarahnya - istri-istri Nabi pun telah mencerminkan sosok-sosok perempuan yang mampu bersaing dalam ranah publik seperti Siti Khadijah yang mampu mengembangkan bisinisnya bersama Rasulullah. Dan penulis menggarisbawahi di sini, kaum perempuan di Desa Tegalgubug yang aktif berbisnis dalam perekonomian cocok jika dikatakan dengan 'Kartini Masa Kini.’

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun