[caption id="attachment_281775" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Indonesia, lagi-lagi bertemu 17 Agustus-mu. Sudah 68 tahun kamu merdeka, namun masih banyak penduduk yang kelaparan di luar sana. Indonesia, 68 sudah bukan anak muda, 68 sudah cukup tua dan renta, namun masih banyak rakyat yang hidupnya merangkak seperti balita. Indonesia, katanya sudah merdeka, namun mengapa masih banyak yang diperlakukan semena-mena? Melanggar hak asasi manusia. Indonesia, hukummu lancip ke bawah, tumpul ke atas. Koruptor dihukum sekenanya, maling ayam kalau bisa dipenjara selamanya. Indonesia, sudah setua ini namun apa-apa masih pakai cara kuda. Mesti pakai siksa, baru mau dengar dan merasa jera. Para penguasa makin seenaknya. Entah memang tidak mengerti atau buta, atau bahkan emang tidak punya hati nurani, hanya punya harta. Namun Indonesia kan sudah tua, seharusnya sudah pada sadar diri saja. Seharusnya sudah tahu mana yang benar dan mana yang bikin rakyat sengsara. Indonesia, tanah ini begitu kaya, namun sayang, penguasamu gila harta. Sebanyak apapun yang engkau punya, takkan pernah mereka kenyang dengan harta pusaka. Emas di gunung dikunyah, minyak di laut dijarah. Katanya demi perut rakyat. Demi rakyat di istana hasil maling dan demi perut buncitnya mungkin iya. Indonesia, suruhlah para tikus itu bertanya pada mereka. Silakan tanya pada pengemis di jalan raya. Silakan tanya pada gembel emperan toko. Silakan tanya pada penambang batu, pendulang emas. Silakan tanya pada anak bawah umur yang menyabung nyawa demi sesuap nasi. Silakan tanya pada anak-anak penerus bangsa yang menempuh jarak kiloan meter tiap hari demi ketemu bangku sekolah. Mereka pasti akan jawab, kita belum merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H