Mohon tunggu...
Putri Sulhana El-Fiesha Balqis
Putri Sulhana El-Fiesha Balqis Mohon Tunggu... -

Hi! My name is Putri Sulhana E. B. You can call me Fiesha. Someday I'll bacpacking around the world. Now I am Studying in SMA Negeri 6 Yogyakarta and I am one of young scientist in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Aku Galau

9 Januari 2014   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhan, aku galau....

Hey,
galaksi bimasakti? Apa kau melihat bumi si bulat? Apa kau melihat nya disana?

Sebagai
dewi dari Venus, sampai sekarang aku tak dapat melihatnya dari sini.. aku sudah
cukup sadar bahwa dia ada di bumi bersama milyaran manusia yang pernah
terlahir. Seorang lelaki dari bumi si Dewi Gaia. Aku sudah enam belas tahun,
dan kuputuskan melihat bumi lebih dekat, dengan mengingat cinta Tuhanku yang
terperi.

Aku
gadis enambelas tahun, yang akhir bulan ini akan menjadi awal mula agar berubah,
menjadisosok yang lebih bersemangat,
berusaha untuk lebih dapat bermanfaat bagi sesamanya. Karena akhir bulan ini
aku akan berusia tujuh belas tahun. Tentu saja tiap tahun usiaku bertambah,
seiring dengan pengetahuanku yang bertambah (tentu, karena aku semakin sering
menanyakan banyak hal yang tak kutahui). Termasuk, “siapakah lelaki yang akan menjadi sosok imam dalam hidupku di dunia dan
di akhirat, yaa Allah?”

Tuhan,
aku galau..

Tuhan,
aku tahu bahwa tugasku sebagai seorang anak perempuan ini, adalah untuk menjaga
diri.. sebagaimana RasulMu, Muhammad SAW pernah menyampaikan, bahwa tugas seorang wanita adalah menjaga diri,
dan tugas seorang pria adalah menjaga hati.
Allah, kini ketika kubuat
catatan di akhir enam belas tahun usiaku.. aku ingin sampaikan padaMu.. betapa
tak terperi sayangku padaMu, terimakasih adalah ucapan yang selalu kuhaturkan
tiap doaku. Terima kasih karena sudah memberiku kesempatan hidup, terimakasih
karena aku bisa bertemu Mama Papaku, dan semua saudaraku yang tak ada gantinya,
semua kebaikanMu hingga aku perlahan-lahan menggapai impianku, terima kasih aku
terlahir dalam keadaan islam, bahwa aku memiliki teman yang selalu
mengingatkanku untuk dekat padaMu, dan semuanya yang pernah kualami, yaa Rabb.

Dan
juga Engkau sadarkanku bahwa aku harus menjaga
diriku.
Aku ini gadis di era modern, di era teknologi sedang berkembang..
banyak sekali hal yang berubah disini, Allah.. ada yang mengatasnamakan jihad
dijalanMu dengan cara membunuh ratusan orang yang tak tahu apa-apa, orang-orang
yang mereka yang mensalah artikan jihadMu, pun orang-orang disini
‘menghalalkan’ aurat dilihat yang bukan mahramnya, disini anak-anak dikenalkan
dengan ‘pornografi’, disini orang-orang berzina namun tak semuanya setuju itu
salah bahkan dosa. Tuhan, di era-ku ini, banyak yang berubah.. seandainya itu
menjadi lebih baik, tapi tidak, Tuhan.... semuanya berubah memburuk dibeberapa
hal penting.

Tuhan,
aku akui bahwa aku yang bodooh ini pun sempat terpikirkan bahwa semua diatas
adalah boleh.. astaghfirullah.. aku juga sempat berpikir, apabila ada seorang
anak laki-laki di usia tujuh belasku ini akan ‘menyatakan cinta’ nya untukku
dan memintaku menjadi ‘kekasihnya atau pacararnya’ aku akan menerimanya..
ampuni hamba yang bodoh ini, Allah.. semua disekitarku menipuku dalam hal ini,
mereka mendidikku dan mengatur pikiranku bahwa, pacaran itu halal. Bahwa aku
pergi berdua dengan yang bukan mahramku untuk ‘berduaan saja’ adalah halal.
Bahwa berjanji untuk menikah tujuh atau delapan tahun lagi dipersilakan. Bahwa
membiarkan memori pikiranku untuk mengingat semua hal yang pernah kami lakukan
bersama, mengingat matanya, hidungnya, alisnya, rupanya yang elok disebut
romantis.

Kuakui,
sebelum usiaku ganjil tujuh belas tahun. Nyaris
aku melakukannya, ampuun, Allah (-/-) saat itu aku sedang bodoh sekali,
membiarkan diri ini dekat dengan ikhwan itu.
Kami saling menyatakan ‘suka’, ia bahkan tahu (dan bahkan sempat
mengatakannya padaku) bahwa jika ini dibawa ke jalur “pacaran” maka mudlaratnya
lebih banyak daripada yang saat itu. Tapi, bodohnya ia (jelas aku juga bodoh),
ia menyerahkan keputusan ini (untuk pacaran atau tidak) pada diriku yang
emosinya labil ini :3 Tadaaaaaa~ diriku bersuara untuk mengatakan “Tidak”, tapi
setelah itu (karena masih bodoh) kami sering bercakap-cakap berdua, kami saling
menanyakan kabar lewat sms, dan semacam itu. Allah, kuyakin kau tahu itu semua. Aaaaaaahh, bodohnya aku saat
itu, karena kusadari aku sudah membiarkan seseorang masuk untuk menyentuh rekorku dalam hal “manjaga
diri”.

Seandainya
aku tidak dilahirkan dalam keadaan Islam, tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya..
Terimakasih, Allah kau beri aku suatu hal lain yang lebih asyik dilakukan
selain hal seperti ini, yaitu urusan “penelitian dan kompetisi”. Sepanjang usia
enambelas tahun ini, yang kulakukan adalah “penelitian, kompetisi, belajar,
bermain, bersenang-senang” jika kau mau tahu. Aku yang dulu ketika di sekolah
dasar mendapatkan peringkat biasa saja ketika kelulusan, kini aku bisa keluar
negeri membanggakan Indonesia di negara gingseng, karena penelitianku yang
dikader oleh seniorku di SMA. Aku yang ketika smp mengikuti beberapa kompetisi
(macam-macam jenisnya) pun tak satupun pernah juara, kini, adalah penyandang
gelar pembicara terbaik lomba debat bahasa Indonesia se Provinsi DIY bahkan
melaju ke tingkat nasional. Aku yang seumur-umur hanya pernah rangking pertama
satu kali (itupun bukan di akademik, tapi di hafalan qur’an), kini aku bisa
masuk di salah satu kelas terbaik di SMAku (walaupun tak cukup mendominasi). Aku
yang kalau menghibur diri lewat baca komik dari Jepang, atau novel-novel cinta,
kini ‘pernah’ merasakan satu minggu menikmati sinar matahari di tempat
teknologi sedang gencar, yaitu Korea Selatan dan Hong Kong. Tuhanku, iya, aku
sombong dengan semua itu, ego-ku untuk memenuhi nafsu yang selama di SD dan SMP
tak tersampaikan, kesombongan bodoh yang semakin memotivasi diri untuk bisa menjaga diri.


















HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun