Mohon tunggu...
Elfian
Elfian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa olahraga yang tak pernah olahraga || Instagram: billoo_17 || #YNWA

Sedang dalam misi melarikan diri dari diri sendiri untuk mencari diri sendiri yang terlupakan oleh diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Katanya, Semua Sama di Dalam Forum

10 Januari 2021   02:03 Diperbarui: 10 Januari 2021   02:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Semua sama di dalam forum". Ini adalah kalimat yang acap kali kita dengar saat kita sedang berada di tengah-tengah forum atau ruang diskusi. Namun pada dasanya, apakah kita benar-benar paham makna dari kalimat itu atau mungkin saja kalimat itu seperti lirik lagu yang lazim kita nyanyikan namun tak pernah paham makna yang terselip di sela-sela liriknya?

Bagi saya, kalimat itu menggambarkan sebuah kesetaraan. Saya menginterpretasikan bahwa sejatinya, di dalam ruang-ruang diskusi, derajat semua pribadi sama. Tidak ada perbedaan status sosial, tidak ada hierarki, dan tidak ada orang yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Jika ada perbedaan status atau penyebutan maka perbedaan itu hanya diberikan karena orang itu memiliki fungsi atau peranan yang berbeda. Contohnya kecilnya yakni perbedaan status antara peserta dan pimpinan sidang. Kelihatannya memang ada perbedaan yang mencolok, tapi sekali lagi, perbedaan itu bukan karena yang satu memiliki hak yang lebih ketimbang yang satunya tetapi karena adanya  fungsi atau pernanan yang berbeda.

Forum adalah tempat dimana isi kepala dituangkan, diadu dan kolaborasikan. Maka dari itu, sebelum memasuki ruang diskusi, setiap pribadi harus melepaskan status sosialnya. Karena jika herarki itu ada, maka aka nada argument yang berat sebelah. Artinya bahwa ketika seseorang merasa mempunyai jabatan yang lebih dan di atas yang lainya, maka secara implisit dia akan merasa bahwa argumentnya lebih di atas ketimbang argument orang lain dan kritik terhadap dirinya akan memberi kesan yang tidak etis.

Cara seperti di atas menurut salah satu epistimolog yakni Jurgen Habermas merupakan sebuah upaya untuk menciptakan demokrasi secara radikal melalui perbincangan yang rasional atau juga biasa disebut sebagai komunikasi bebas penguasaan dan dominasi.

Cara terbaik meyakinkan seseorang untuk melepaskan egoh kedudukannya yakni melalui dialog kritis, bukan dengan tindakan represif. Dalam dialog terdapat aksi dan refleksi. Dalam sebuah dialog, cinta sangat dibutuhkan. Dialog yang penuh cinta dan harapan akan membuat hati seseorang tergerak hingga merasaka yakin bahwa pada dasar, hierarki hanya ilusi. Heiraki hanylah permainan yang di mana ego dan kesembongan ditempatkan paling atas di atas cinta dan rasionalitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun