Kita pernah bercerita perihal orang-orang yang hanya menikmati pelangi tanpa pernah merasakan derasnya terpaan hujan. Yang hanya melihat tawa tanpa pernah ikut membasuh air mata. Atau yang hanya melihat angka dan huruf tanpa melihat lembaran kertas penuh coretan, makian yang mengendap di hati atau perut kelaparan dan mata yang belum menutup menjelang fajar.
Bagi mereka, mungkin puncak kebahagian sebagai mahasiswa adalah ketika nama mereka resmi bertambah panjang sebab itu adalah titik awal untuk berlari mengejar rupiah demi rupiah dan mengawali rutinitas  di ruang sunyi dan berhawa dingin. Tapi itu tidak berlaku bagi kita..
Dalam cerita, kita sama-sama tahu bahwa aku tak pernah sepakat akan hal itu. Sebab kita bisa membuat benda seperti itu sebanyak yang kita mau dengan cara kita sendiri jikalau kita mau meski tanpa legalitas dari pemegang kekuasaan mutlak.  Tapi tentunya, tidak ada kebahagian di balik lembaran itu sebab kita senanda, bahwa kuliah adalah penjara yang mengurung bakat dan ideologi, IPK hanyalah manipulasi angka, gelar hanyalah sekadar kombinasi huruf, ijazah tak lebih dari selembar kertas penuh coretan, ilmu tak diukur dari selembar kertas dan  rupiah bukanlah penentu kebahagian dalam hidup.
Kamis, 2 Juli 2020.
Hari ini kebahagian kembali mendominasi di raut wajahmu.
Ada tawa dan lekung senyum yang tak bisa dijelaskan dengan angka dan kata-kata.
Sebuah jeripayah yang kau tabur telah kau tuai hari.
Semoga syukur tak pernah beranjak dari doamu kepada dia yang melahirkanmu
dan semoga ilmu yang kau dapat menjadi berkat bagi dirimu dan sesamamu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H