[caption id="attachment_212332" align="aligncenter" width="300" caption="Masjid Cheng Hoo (foto dok. pribadi)"][/caption] Sudah 2 kali mudik lebaran saya selalu terpana melihat bangunan bernuansa Tionghoa dengan dominasi warna merah dan hijau di kiri jalan sekitar 3 kilometer dari Pasar Bobotsari. Selama mudik, agenda silaturrahim sudah terjadwal dan sulit sekali mencari celah untuk bisa mengobati rasa penasaran akan bangunan dengan arsitektur oriental tersebut yang kabarnya merupakan sebuah Masjid. Dari penjelasan saudara-saudara serta rekan-rekan yang tinggal di Purbalingga, bangunan tersebut bernama Masjid Muhammad Cheng Hoo atau lebih familiar dengan sebutan Masjid Cheng Hoo, Purbalingga.
Keingintahuan saya akan Masjid tersebut semakin menjadi, karena jarang sekali saya temukan Masjid dengan arsitektur perpaduan budaya seperti Tionghoa dengan Islam. Meski saya yakin bahwa Masjid dengan arsitektur serupa tak hanya berdiri di Purbalingga. Mungkin masih ada beberapa Masjid di wilayah lain yang didesain demikian, bahkan lebih unik mungkin. Namun yang perlu diingat adalah esensi dari Masjid sendiri, yakni sebagai tempat peribadatan umat Islam.
Akhirnya beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Cheng Hoo yang sekilas terkesan lebih mirip klenteng ini. Masjid yang terletak di Selaganggeng, Mrebet, Kabupaten Purbalingga ini cukup strategis letaknya dan mudah untuk dicari. Hanya sekitar 3 km dari Pasar Bocari (Bobotsari) Purbalingga dan sekitar 12 km dari Purbalingga Kota.
[caption id="attachment_212329" align="alignright" width="300" caption="(foto dok. pribadi)"]
Setelah memasuki area Masjid, rupanya bangunan Masjid nampak begitu elegan. Dengan arsitektur ala Tionghoa dan dilengkapi dengan ornamen-ornamen khas China seperti lampion dan pilar-pilar Masjid berwarna merah, serta jendela-jendela dengan ornamen segi delapan, membuat Masjid ini terkesan unik. Ditambah tulisan kanji -yang saya sendiri kurang tahu bagaimana membacanya- menyambut di pintu masuk utama.
[caption id="attachment_212328" align="alignleft" width="300" caption="(foto dok. pribadi)"]
Saat membaca tulisan yang tertera di bagian depan Masjid ; Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Hoo, saya sempat penasaran, apa itu PITI. Setelah saya bertanya dan mencari, rupanya PITI merupakan singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. PITI juga lah yang memprakarsai berdirinya Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga ini sebagai wahana kegiatan keislaman bagi masyarakat Tionghoa Islam di Purbalingga. Kabarnya, Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2005, namun baru bisa diresmikan sekitar pertengahan tahun 2011 karena beberapa kendala.
Untuk nama Masjid ini sendiri sepertinya terinspirasi dari nama Cheng Ho, atau Muhammad Cheng Ho, yakni seorang laksamana pemimpin armada pelayaran besar yang terkenal. Ia adalah seorang panglima perang yang berasal dari Yunnan dan beragama Islam. Menurut sejarah yang ada, Laksamana Cheng Ho kerap mengadakan pelayaran ke berbagai wilayah, termasuk ke kawasan Asia Tenggara dan pernah mengukir jelak pelayaran pula di nusantara.
Masjid yang diresmikan pada tahun 2011 ini tak berkubah bulat seperti Masjid-Masjid lain pada umumnya. Justru 'kubahnya' lebih mirip dengan bagian atas Pagoda, seperti yang pernah saya jumpai di Semarang, yakni Pagoda Avalokitesvara. Begitu pula dengan desain pintunya yang apik. Seperti kebanyakan Masjid pada umumnya, Masjid Cheng Hoo ini juga memiliki bedug yang diletakkan di samping pintu masuk. Bedugnya pun berwarna merah, kompasianers !
[caption id="attachment_212330" align="aligncenter" width="300" caption="Bedug Masjid Cheng Hoo (foto dok. pribadi)"]
Ketika saya berkunjung, tampak sebuah galon beserta beberapa gelas plastik disediakan di depan pintu masuk utama. Mungkin galon ini disiapkan untuk para jamaah yang ingin menghilangkan rasa dahaga ketika tengah berada di Masjid.
Selain digunakan untuk shalat berjamaah setiap harinya, Masjid Muhammad Cheng Hoo ini juga menjadi pusat kegiatan keislaman & dakwah masyarakat sekitar, juga digunakan untuk Shalat hari raya besar umat Islam, yakni shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesekali ada pula yang mengadakan akad nikah di Masjid bernuansa tionghoa ini.
Dengan keunikan dan keindahan bangunan Masjid Cheng Hoo yang berdiri megah di Kabupaten Purbalingga ini, semoga tak hanya sekedar bernilai estetika dan kebudayaan, namun juga selaras dengan fungsinya sebagi sarana dakwah, silaturrahim, dan bukti bahwa bisa Islam bisa berpadu dengan kebudaayan lain, seperti Tionghoa misalnya.
[caption id="attachment_212334" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu masuk Masjid (dok. pribadi)"]
Selamat berkunjung, kompasianers !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H