“Perundungan, hanya karena sedikit berbeda dari mereka, hingga kulakukan hal gila itu untuk merasa lebih baik, sampai seseorang menyelamatkanku, sama sepertimu, aku pun menolak menceritakan segalanya, namun ia tidak menyerah,” ujarku sembari mengusap pergelanganku. Setelah itu, Helma menceritakan dirinya, tentang rasa takut dan bencinya kepada orang-orang yang menghancurkan hidupnya, aku pun memeluknya, mengusap lembut. Dan Helma pun menangis dalam pelukanku.
Setahun kemudian yaitu pada hari ini, akhirnya Helma dapat keluar dari rumah sakit jiwa. Aku memberikannya lukisan bintang Formalhout kepadanya, sebagai bentuk kenang-kenangan dariku, aku berharap dia bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H