Pikiran itu melewatiku, sepertinya itu bukan pikiran, itu lebih mirip seperti sosok tubuh manusia seperti diriku, bahkan terlalu mirip denganku. Kenapa ia berjalan menuju Adam, apa yang sedang ia lakukan.
“Berhentilah bermain game, dan fokus padaku, Dam, kita sudah membahas ini sebelumnya.” Adam yang sedang bermain game, terlihat kebingungan dengan apa yang peniru itu ucapkan. Kemudian dia berkata.
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”
Kemudian peniru itu merebut ponsel Adam dan melemparkannya ke sofa, aku yang melihatnya begitu geram. Akan tetapi sayangnya aku tidak bisa melakukan apapun selain melihatnya, tubuhku terkunci oleh sesuatu. Adam sontak terkejut dan mencoba menahan marah, hal itu terlihat dari raut wajahnya dengan tatapan yang melotot.
“Ada apa denganmu, sebelumnya aku sudah mengajakmu untuk keluar, tapi kau menolaknya, dan kau bilang akan sibuk untuk pameranmu.” Ujarnya menahan emosi. Kemudian peniru itu memeluk Adam tiba-tiba, menggeliat manja sambil memohon pada Adam, untuk menuruti keinginannya.
Aku harus menghentikannya, itu bukan diriku, dia orang lain, karena aku tidak mungkin se-manja itu pada Adam, meskipun kami adalah sepasang kekasih. Sialan kenapa aku tidak bisa melakukan apapun. Ketika dia menangis, entah kenapa aku juga bisa merasakan air mata mengucur dipipiku, seakan aku dengan peniru itu berada dalam satu tubuh. Ini sangat membingungkan.
Kemudian Adam mengecup lembut kening peniru itu, dan berkata,”Jadi apa yang harus aku lakukan agar bisa fokus padamu, gadis nakal?” Lalu peniru itu tampak berpikir, dan sorot matanya tertuju pada Televisi.
“Aku ingin menonton film, kau yang pilihkan, aku akan menonton apapun yang kau lihat, dan hari ini aku akan menjadi anak baik, seperti yang Izelia bilang.” Ujar peniru itu membuat Adam heran.
“Ah lupakan, sepertinya aku sedikit lelah hari ini,” ujar peniru setelah melihat Adam yang bingung dengan perkataannya. Aku hanya melihat kekasihku menonton film bersama orang lain, aku sangat cemburu sampai rasanya ingin menghentikan mereka, tapi aku tidak bisa melakukannya. Selama menonton, Adam tampak fokus dengan film kesukaannya, sementara peniru itu secara perlahan mulai menutup mata, dan saat itu pun pandanganku juga ikut menjadi gelap. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, sepertinya aku tertidur cukup lama. Kulihat Adam terlihat fokus melihat ke arah televisi, ketika melihat jam dinding, sontak aku terperanjat dan membuat Adam pun juga ikut terkejut.
“Kenapa kau tidak membangunkanku, Dam, aku sudah terlambat setengah jam untuk pameran.” Ujarku tergesa-gesa merapikan rambutku yang berantakan dan memakai make up tipis. Adam hanya terperangah kemudian ia berkata.
“Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti, kau sendiri bilang menyuruhku untuk menemanimu hari ini.”
Aku mendengus kesal, kemudian pergi tanpa mengatakan apapun. Meninggalkan kekasihku yang tampak kebingungan. Aku berpikir dia terbentur sesuatu, sampai lupa jadwal pameranku, padahal aku sudah memberitahu sebelumnya bahwa aku akan sibuk untuk pameran hari ini. Sesampainya disana, Pameran tampak ramai dengan orang-orang, sebagian dari mereka ada yang sekedar melihat, tapi ada juga yang berfoto di spot-spot lukisan. Kemudian seorang pria paruh baya menepuk pundakku, ia tersenyum kepadaku.
“Rupanya kau disini, Mia, aku sudah mencarimu beberapa hari yang lalu, tapi kau tidak pernah datang lagi ke taman,” ujarnya dengan mengelap keringat di dahinya. Aku tidak mengerti apa yang kakek tua ini katakan, bahkan ini pertama kali aku mengenalnya.
“Maaf, sepertinya Anda salah orang, aku bukan Mia,” ujarku dengan sopan. Kakek itu bersikeras mengatakan bahwa dia tidak salah orang, dia berkata sudah berkenalan denganku beberapa hari yang lalu, bahkan kakek itu menunjukkan sebuah foto di ponselnya, di foto tersebut terdapat seseorang sepertiku, dengan hiasan rambut yang kumiliki di rumah. aku bergidik ngeri ketika melihatnya, tidak mungkin ada orang yang sangat mirip denganku, aku tidak punya kembaran sama sekali, karena aku anak tunggal. Setelah pameran selesai, aku langsung pulang. Dan kuceritakan semua pada Adam atas apa yang aku alami tadi. Adam mendengarkanku, kemudian ia juga memberitahuku, bahwa ada perubahan yang menjanggal pada perilakuku akhir-akhir ini.
“Dengar, Izelia, mungkin ini terdengar gila, tapi aku merasa seperti menghadapi dua orang yang berbeda saat bicara denganmu, dan itu sangat membingungkan bagiku.”
“Apa kau merasa sedikit bingung akhir-akhir ini?, atau bisa dibilang kau seperti melewatkan sesuatu?” tanya Adam menatapku dalam.
“Ya, beberapa kali bahkan sering, aku selalu merasa bingung tanpa ada penyebabnya,” ujarku sambil meremas tanganku dengan cemas. Kemudian Adam mengenggam tanganku mencoba menenangkanku.
Kemudian Adam mengajakku ke paranormal, ia ingin memastikan apakah aku dirasuki oleh roh jahat atau tidak. Jujur saja, aku sedikit skeptis dengan hal-hal mistis seperti itu, namun aku tetap menurutinya. Setelah diperiksa, paranormal itu mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan diriku, aku terbebas dari roh jahat ataupun sejenis sihir. Adam terlihat kecewa, dan aku pun ikut merasa sedih. Lalu Adam membawaku ke rumah sakit jiwa, untuk melakukan pemeriksaan pada kondisi mentalku. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat, tidak seperti dugaanku yang kupikir akan lama. Untuk hasil dari diagnosis dokter, aku harus menunggu beberapa hari sampai hasilnya keluar.
Akhirnya hasil dari pemeriksaan keluar, Dokter Frans membuka amplop cokelat dan kemudian membacakannya di depanku dan juga Adam. “Dari pemeriksaan yang telah kita lakukan, diagnosis mengenai gejala seperti kebingungan tanpa sebab dan stres yang tidak terkontrol, semua ini termasuk dari Dissociative identity disorder, suatu kondisi dimana penderitanya mempunyai dua identitas atau lebih dalam dirinya.” Aku terdiam dan tidak tahu harus bagaimana, pikiranku seakan berhenti seketika, dan rasa sedihku seakan membuncah dalam dadaku. Dokter mengatakan, bahwa kepribadian ganda disebabkan oleh trauma psikologis di masa kecil.
“Apa ada sesuatu yang sangat membuatmu trauma sampai sekarang dari masa lalumu?” tanya Dokter Frans. Aku mencoba mengingat kembali, dan satu-satunya peristiwa yang begitu menyakitkan bagiku adalah kejadian saat aku dilecehkan dan dianiaya secara fisik oleh Ayahku. Kemudian kuceritakan hal tersebut pada Dokter Frans, ia mengangguk mengerti.
“Kepribadian ganda muncul karena pengalaman trauma yang mendalam, kau pernah mengatakan bahwa ada seseorang yang tidak kau kenali tiba-tiba berbicara denganmu, dan dia memanggilmu dengan Mia, benar begitu?” ujar Dokter Frans. Lalu Aku mengangguk.
“Kepribadian muncul karena rasa trauma yang mendalam, tanpa disadari, anda memunculkannya, sayangnya kelainan ini tidak bisa sembuh dan tidak ada obatnya,” ujar Dokter Frans lagi. Ketika mendengarnya aku membenamkan wajahku pada kekasihku, lalu Adam mengatakan bahwa ia akan tetap bersamaku dan selalu mencintaiku. Satu tahun kemudian, aku mulai menerima kondisiku dengan kepribadian lain dalam mentalku, yaitu bernama Mia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H