[caption caption="sumber:www.kompasiana.com"][/caption]Dear Diary...
Jangan kaget ya, kalo pagi ini kamu melihat sesuatu yang berbeda pada diriku. Ada senyum tersungging di  bibirku saat bangun tidur menyongsong matahari.
Iya, Ry, kamu paling tau bagaimana suasana hatiku selama ini. Bagai gunung es yang tertutup kabut. Gelap dan misterius. Yeah, lebay amat! Tapi begitulah kenyataannya.
Dear Diary....
Kadang aku merasa hidup ini tidak adil. Cobaan datang silih berganti menerpaku. Mengapa harus aku? Padahal aku ini kan seorang perempuan? Mahluk lemah yang gampang sekali mewek dan galau balau.
Iya, nih Ry, saking seringnya mendapat uji dan coba, aku sampai lupa bagaimana cara mengulum senyum, mengukir tawa.
Adakalanya perasaan putus asa datang sebagai pilihan terakhir.
Tapi haruskah seperti itu, Ry? Haruskah aku terpuruk pada kesedihan tak berkesudahan?
Ah, Ry, sesaat aku tersadar, ternyata aku tidak pantas bersikap demikian. Bukankah cobaan dan ujian merupakan tanda-tanda bahwa Tuhan sangan memperhatikan dan menyayangi kita?
Satu lagi,Ry, ini yang sering aku lupakan. Tuhan tak akan memberi cobaan dan ujian melebihi batas kemampuan kita....
Iya, Ry, kamu benar, manusia memang tempatnya lupa dan demen berkeluh kesah.