Dee manata rapi empat cangkir kopi di atas meja berbentuk oval. Berbaris saling berhadapan. Sementara Jim, suaminya sibuk memperhatikan pertandingan bola yang tengah tayang di televisi.
“Jadi jam berapa tamu-tamu itu datang, Dee?” Jim bertanya tanpa menoleh. Dee membetulkan letak taplak yang agak miring. Sebelum menjawab pertanyaan suaminya mata perempuan itu melirik ke arah jam yang menempel pada dinding.
“Sepuluh menit lagi,” ujar Dee seraya berdiri. Jim melirik sekilas ke arah empat cangkir kopi di atas meja.
“Kau bilang yang bertamu hanya dua orang, Dee? Mengapa ada empat cangkir kopi?”
“Jim, yang dua cangkir itu untuk kita.”
“Tumben kau minum kopi Dee? Biasanya kau mengeluh perutmu kembung.”
“Untuk tamu spesial kali ini, aku rela perutku kembung!” Dee tertawa. Jim seketika mengalihkan pandang ke arah istrinya. Dahinya mengernyit.
“Kau belum mengatakan padaku siapa tamu-tamu kita itu, Dee.”
“Nanti kau akan tahu sendiri, Jim. Oh, itu, mereka sudah datang!” Dee berjalan menuju ruang tamu. Membuka pintu dengan tergesa.
Dua sosok muncul di ambang pintu.
Jim mengenali mereka. Sherlock Holmes dan Hitler.