Lelaki yang Tak Sempat Pamit Pergi
Sembilan tahun sudah kami berteman baik. Selama itu pula beliau masih rajin singgah di lapak saya setiap kali saya memosting tulisan di Kompasiana. Sampai kemudian saya merasakan suatu kejanggalan. Beberapa bulan terakhir ini beliau seolah menghilang. Semula saya berpikir, beliau pasti sedang sibuk. Namun begitu saya sedikit lega, sebab beliau masih suka melihat status WA saya.
Dan, kejanggalan itu terjawab sudah. Ketika kabar duka itu tidak sengaja saya baca dari WAG para penulis di Kompasiana, bahwa Pak Suyono Apol telah berpulang menghadap sang pemilik kehidupan di bulan Juli 2024 lalu.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.Â
Meski terlambat, izinkan saya tetap menuliskan ini. Menuliskan kisah persahabatan kami yang unik dan indah. Berharap beliau, Pak Suyono Apol membacanya dari atas sana sambil tersenyum bahagia.
(Dialog Imajiner) :
"Pak, mengapa panjenengan pergi begitu saja tanpa pamit kepada saya?"
 "Itu karena daku tidak ingin melihat dikau menangis."
"Dan, sekarang panjenengan lihat. Saya tidak bisa mencegah mata ini untuk tidak menangis..."
Angin pagi pun berembus perlahan. Saya kembali melihat emoticon bola merah itu, menggelinding jauh.
Selamat bertemu kekasih sejati, duhai lelaki baik. Tempat terindah telah disiapkan untuk panjenengan. Amiin.Â