Begitu tergesa engkau melambaikan tangan
Sementara aku masih ingin duduk lebih lama lagi, bersamamu
Menyongsong pagi yang tersenyum hangat
Memetik senja yang ranum dengan kerling paling memikat
Serta, menghabiskan sisa malam yang terjerat di sepanjang selasar mata tua kita
Terlalu cepat engkau berpamit pulang
Sedang aku masih belum usai bercerita panjang
Tentang matahari yang mengaku kesepian, tentang hujan yang mengeluh bosan menari sendirian
Juga, tentang rembulan yang patah hati, yang berkali ingin mati dengan cara harakiri
Terlalu cepat engkau beranjak meninggalkan peraduan
Tempat kita bertukar rindu dan menghitung selaksa kenang
Bukankah aku belum benar-benar memelukmu seerat embun memeluk pinggang dedaunan?
Aku, bahkan belum sempat menyematkan sekuntum mawar jingga, di rambutmu
Yang meski tak lagi legam tetap indah di mataku
Sungguh, terlampau singkat engkau hadir dan bercanda di beranda hati
Teramat sedikit ketidaksempurnaan yang kausajikan di meja tua tempat kita bercengkerama dan menyeduh secangkir kopi
Belum tuntas kutuliskan selarik sajak dan puisi bermajas hiperbola
Engkau pergi
Meninggalkan aku
Kekasih yang hanya memiliki satu kesempatan untuk jatuh cinta
***
Malang, 7 Juli 2024
Lilik Fatimah Azzahra