Belakangan rumah kami kerap dikunjungi tamu
Kadang mereka berseragam, kadang berpakaian preman
Menurut Bapak, mereka, orang-orang itu sengaja datang menitipkan amplop untuk mewujudkan ambisi
Dan selalu, sepeninggal tamu-tamu itu wajah Bapak akan berubah drastis
Dari tenang beralih tegang
Dari senyum menjadi murung
Dari riang bersulih garang
Kalau sudah begitu Ibu akan menghampiri Bapak
Membisikkan sesuatu lalu membimbingnya masuk ke dalam kamar
Suatu pagi Bapak memanggilku dengan suara lantang
Memintaku untuk mengumpulkan amplop-amplop titipan yang dibiarkan berserakan
Sesudahnya, Bapak mengajakku pergi, berkeliling kota, menyusup-nyusup di bawah kolong jembatan, 'tuk bertemu kaum papa yang nyaris terlupakan
Saat membagi-bagikan amplop titipan, seorang lelaki tua bertanya lugu, "Apakah ini kode agar kami berpihak pada kandidat tertentu?"
Sembari tersenyum ramah Bapak menjawab pelan, "Tidak. Tidak perlu. Aku hanya menyampaikan rezeki yang salah alamat. Di tangan kalian insyaallah isi amplop-amplop ini jauh lebih bermanfaat."
***
Malang, 18 Januari 2024
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H