Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Wanita Penghibur

19 Mei 2023   12:26 Diperbarui: 19 Mei 2023   12:48 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah Nyonya baik-baik, saja? Maksudku---setelah mendengar pengakuan dari suami Nyonya." Hati-hati aku mengajukan tanya. Nyonya Ellen menaikkan bahunya sedikit.

"Perempuan adalah makhluk paling unik, Nak. Sulit ditebak isi kepala dan isi hatinya. Contohnya aku. Aku pernah menyuruh suamiku menikah lagi. Tapi ketika ia benar-benar melakukannya, aku sedih." Nyonya Ellen menjawab murung.

"Kau sudah pernah jatuh cinta, Nak?" Tiba-tiba Nyonya Ellen menoleh ke arahku. Agak gugup aku menggelengkan kepala.

"Kelak jika kau sudah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, kau akan paham kata-kataku barusan." Nyonya Ellen berkata lirih. Wajahnya yang putih tampak semakin putih saat terkena sorot cahaya bulan yang menerobos masuk dari balik jendela.

Di luar malam merayap kian jauh. Nyonya Ellen sudah tidak bercerita apa-apa lagi. Kukira, ia sudah lelah dan mengantuk.

"Nyonya ingin saya melakukan sesuatu?" Aku menawarkan diri. Tapi Nyonya itu menggeleng.

"Pertemuan kali ini sudah cukup, Nak. Besok malam kau boleh datang lagi. Tapi, sebelum pulang ambillah upahmu di sana."

Nyonya Ellen menunjuk ke arah meja rias. Sebuah amplop tebal berisi uang, upah pertamaku, tergeletak di atasnya.

***
Keluar dari rumah mewah itu aku masih harus berjalan kaki untuk sampai ke jalanan besar. Kabut mulai turun mengaburkan penglihatan. Langkahku sedikit terseok dibuatnya.

Seorang satpam berdiri di dekat portal pembatas jalan. Aku mengangguk kecil ke arahnya. Tapi satpam itu tidak merespon anggukanku. Ia diam bagai patung dan membiarkanku berlalu begitu saja melewatinya.

Lega sekali rasanya ketika melihat taksi yang kupesan sudah menunggu di bahu jalan. Setengah berlari aku mendekat, membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalamnya dan duduk menyandarkan punggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun